Menu

Mode Gelap
Puluhan Babi Ternak di Lereng Gunung Bromo Pasuruan Mati Mendadak Meriahkan HPN, Polisi Gandeng Wartawan Salurkan Sembako bagi Korban Bencana Program Cek Kesehatan Gratis Segera Dimulai di Jember, Begini Persiapannya Kompor Ditinggal Saat Menyala, Rumah di Mayangan Terbakar Angin Kencang di Lumajang Picu Pohon Tumbang dan 26 Rumah Rusak Akibat Angin Kencang, Lima Tiang Listrik di Lumajang Roboh

Ekonomi · 25 Jul 2017 06:33 WIB

Harga Garam Selangit, Produsen Ikan Asin Probolinggo Menjerit


					Proses pengeringan ikan asin yang dilakukan pekerja di Home Industri milik Hj. Khoiriyah, Sumberanyar Paiton Probolinggo Perbesar

Proses pengeringan ikan asin yang dilakukan pekerja di Home Industri milik Hj. Khoiriyah, Sumberanyar Paiton Probolinggo

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Kelangkaan garam sejak beberapa pekan terakhir, berdampak kepada pemilik usaha pengasinan ikan di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Sejumlah produsen ikan asin rugi, karena hasil produksi tidak mampu menutupi biaya operasional.

 

Seperti yang diakui Hj. Khoiriyah, pemilik usaha pengasinan ikan asin di Desa Sumberanyar Kecamatan Paiton. Stok garam yang menghilang di pasaran maupun ditingkat petani, membuat proses pengasinan ikan tersendat.

 

Jika pun menemukan garam, harganya naik dua kali lipat dari Rp.2.000 menjadi Rp.4.000 per kilo gram. Padahal garam merupakan bahan utama dalam bisnis ikan asin, sehingga sangat menentukan kelangsungan produksi ikan asin.

 

“Dalam 1 ton ikan, saya membutuhkan sedikitnya 5 kwintal garam untuk melakukan proses pengasinan. Tapi saat ini kesulitan mendapatkan garam, kalaupun ada harganya mahal” keluh Hj. Khoiriyah kepada PANTURA7.com, Selasa (25/7/2107).

 

Wanita berusia 50 tahun ini menambahkan, sebagai solusi sementara ia memangkas produksi ikan asin dari biasanya 1 ton menjadi maksimal hanya 3 kwintal per hari. Ikan – ikan yang diasinkan, utamanya adalah ikan kecil seperti teri, laying, petek,, dan jambal.

 

Ironisnya, ditengah lonjakan harga garam, harga jual ikan asin justru tidak mengalami kenaikan signifikan. “Ya sebenarnya rugi mas, biaya produksi tidak sebanding dengan hasilnnya. Tapi ya bingung, mau tutup usaha kasihan pekerja” terang Hj. Khoiriyah.

 

Usaha yang telah dirintis sejak lima tahun lalu ini, kini memperkerjakan sebanyak 10 orang perempuan, yang mayoritas tetangganya sendiri. Sementara hasil pengasinan, biasanya dikirim ke sejumlah daerah di Jawa Timur, seperti Banyuwangi, Pasuruan, Malang, Surabaya, hingga Kediri.

 

“Harapannya, pemerintah bertindak cepat mencari solusi persediaan dan harga garam. Kalau gini terus, kita bisa bangkrut” harap Hj. Khoiriyah. (em/ela).

 

Artikel ini telah dibaca 126 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Imbas Polemik Penjualan LPG 3 Kg, Stok di Pangkalan Berkurang Drastis

4 Februari 2025 - 18:38 WIB

Warga Lumajang Keluhkan Harga LPG 3 Kg Capai Rp22 Ribu

4 Februari 2025 - 09:20 WIB

Kabupaten Lumajang Berada di Bawah Ambang Batas Perubahan Harga IPH

23 Januari 2025 - 13:43 WIB

LPG 3 Kg Naik Jadi Rp 18 Ribu, Pertamina Diminta Perbanyak Pangkalan

16 Januari 2025 - 17:30 WIB

Mulai Hari Ini Harga LPG 3 Kg Naik Rp2.000

15 Januari 2025 - 13:00 WIB

Harga Cabai Rawit Mahal, Petani Justru Mengeluh Gagal Panen karena Cuaca Hujan

14 Januari 2025 - 16:18 WIB

Pangdam V Brawijaya Dorong Jatim Produksi 2 Juta Ton Beras

10 Januari 2025 - 19:05 WIB

Harga Cabai Rawit di Kota Pasuruan Tembus Rp 120 Ribu Per Kilogram

7 Januari 2025 - 15:23 WIB

Musim Hujan, Harga Cabai Rawit di Kota Probolinggo Melesat hingga Rp100 Ribu/kg

6 Januari 2025 - 20:00 WIB

Trending di Ekonomi