PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Menekuni hobi sekaligus berinvestasi, filosofi ini rupanya difahami betul oleh Kholili (39) warga Desa Jatiurip, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo. Kepiawaiannya membuat kaligrafi, ia salurkan untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Namun, tak seperti karya kaligrafi kebanyakan, kaligrafi buatan alumnus STIH Zainul Hasan Genggong itu, terbilang unik. Sebab, kaligrafi yang dibuat Kholili berbahan dasar serbuk kayu, yang bagi orang lain merupakan sampah atau bahan pembakar batu bata.
Peruntungan pria dengan 3 anak ini mulai pada 2010 silam. Saat itu, iseng ia coba-coba membuat kaligrafi dengan memanfaatkan serbuk kayu yang banyak ditemui di sekitar desanya. Tak disangka, banyak orang yang justru tertarik dengan produk kaligrafi buatannya.
“Awalnya sih iseng mas, karena cuma ingin mengulangi hobi saya saat masa kecil dulu. Eh gak tahunya, berkembang terus hingga sekarang,” cerita Kholili kepada PANTURA7.com, Sabtu (26/5/2018).

Salah satu produk kaligrafi karya Kholili. (maf)
Meski tak memerlukan banyak bahan dan peralatan, namun menurut Kholili, tingkat kesulitan kaligrafi serbuk kayu justru terletak pada proses pembuatan yang memerlukan kesabaran ekstra. Selain itu, menurut dia, selera seni si pembuat mempengaruhi keindahan produk.
“Hanya memerlukan serbuk kayu mas, yang perkarungnya saya beli seharga Rp 5 ribu, lalu ada lem dan gabus. Tetapi dari proses pembuatan hingga jadi, memerlukan waktu sedikitnya dua minggu, itu yang ukuran kecil,” jelas pria yang kini menjadi tenaga pendididk di SMKN 1 Kotaanyar ini.
Berkat keuletannya, Kholili mampu mengangkat ekonomi keluarganya. Satu produk kaligrafi paling murah dipatok Rp.75 ribu, sedangkan produk termahal bisa mencapai harga Rp.3,5 juta. “Harga tergantung ukuran dan model tulisan arabnya mas,” papar dia.
Kaligrafi yang disukai warga, jelas Kholili, kebanyakan berupa lafadz Allah-Muhammad, Asmaul Husna, Alhamdulillah, Bismillah, Ayat Kursi, hingga kalimat tauhid. “Tetapi ada juga yang pesan tulisan arab secara umum atau simbol organisasi islam, seperti tulisan dan lambang NU (Nahdlatul Ulama, red)” pungkas warga Dusun Krajan 2 RT 3 RW 3 ini.

Kholili melihat kaligrafi berbahan serbuk kayu buatannya. (maf)
Meski berkembang pesat, namun bisnis kaligrafi yang ia berinama ‘Kaligrafi Kalijaga’, terkendala minimnya tenaga terampil, yang bisa memproduksi kaligrafi secara cepat dan cekatan. Hal ini, kata Kholili, untuk mengimbangi permintaan konsumen yang terus bertambah.
“Untuk saat ini kami memiliki tiga karyawan, masih kesulitan untuk nambah orang mas. Harus benar-benar berbakat, kalau tidak kita bisa dikomplain oleh konsumen. Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada pembeli yang komplain,” tutup Kholili. (*)
Penulis : Moh Ahsan Faradies
Editor : Efendi Muhammad
Tinggalkan Balasan