Menu

Mode Gelap
Indahnya Sunrise di Ranu Regulo di Lereng Semeru Lumajang Jadi Daerah Termiskin ke-4 di Jatim, Presiden Jokowi Utus Mardiono Bantu Kabupaten Probolinggo Yok Daftar! Bawaslu Kota Probolinggo Butuh 338 Petugas Pengawas TPS Konsolidasi Pemenangan Pilkada, Plt. Ketum PPP Mardiono Wajibkan Kadernya Menangkan Gus Haris – Ra Fahmi Puluhan Personel Polres Probolinggo Kota Dites Urine, Begini Hasilnya Remaja 17 Tahun Tewas Usai Perkelahian di Winongan

Budaya · 14 Agu 2018 14:35 WIB

Tari Rerere, Simbol Akulturasi Budaya di Bromo


					Tari Rerere, Simbol Akulturasi Budaya di Bromo Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Apel akbar Hari Pramuka dan penancapan ribuan bendera merah putih di kaldera Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo, Selasa (14/8/2018) tak hanya menjadi momentum perayaan hari besar nasional. Lebih jauh, acara patriotis itu menjadi simbol akulturasi budaya di Kabupaten Probolinggo.

Akulturasi budaya terlihat saat Tari Rerere disuguhkan sesudah apel besar dan pembentangan bendera merah putih raksasa. Tarian yang ditampilkan oleh 325 pelajar Sekolah Dasar (SD) se-Kabupaten Probolingggo itu memukau peserta apel dan wisatawan Gunung Bromo selama sekitar 20 menit.

Tari Rerere merupakan tarian khas Kabupaten Probolinggo, yang ditampilkan dalam sebuah acara penyambutan tamu atau dalam acara besar. Tarian diperankan oleh dua penari atau dilakukan berkelompok. Ciri khas dari tarian ini adalah lagunya, yaitu alunan musik semacam gamelan dengan nyanyian yang hanya berlirik re rerere rere rerere.

Menariknya, Tari Rerere dipentaskan di kawasan penduduk warga Suku Tengger Bromo, yang dikenal kaya budaya dan banyak menonjolkan kearifan lokal. Hamparan pasir dan bekunya udara tengger, tak membuat penari terusik. Para penari tetap asyik berlenggok mengikuti irama gamelan.

“Ini bukti bahwa masyakarat tengger bisa hidup rukun dan mampu menjalin persaudaraan dengan warga lain. Tari Rerere menjadi simbol akulturasi budaya di Bromo, meski disini gudangnya seni dan budaya,” kata Camat Sukapura, Yulius Christian.

Tari Rerere sekaligus menjadi pembuka penancapan 2018 bendera merah putih di kawasan Kaldera Gunung Bromo. Tak sekedar menjadi simbol akulturasi budaya, Tari Rerere mengawal sejarah penancapan ribuan bendera yang baru pertama kali dilakukan di lautan pasir.

“Saya senang bisa menampilkan tarian ini di lautan pasir. Awalnya kesulitan, apalagi latihan yang kami lakukan hanya semingguan. Namun alhamdulillah semuanya berjalan lancar,” tutur Agustina Abelia, salah satu penari Rerere. (*)

 

 

 

Penulis : Mohamad Rochim

Editor : Efendi Muhammad

Artikel ini telah dibaca 132 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Manuver Presiden Jokowi Usai Jabatan Berakhir, Gabung Partai Gerindra?

3 September 2024 - 09:22 WIB

Krecek Rebung, Jadi Ikon Kuliner Lumajang

2 September 2024 - 16:03 WIB

Prabowo Subianto: Pemimpin Baru Indonesia yang Didukung Presiden Jokowi dan Isu Keretakan

2 September 2024 - 15:12 WIB

Apa yang Terjadi Jika Kotak Kosong Menang dalam Pilkada 2024? Ini Tahapan yang Harus Dilalui

2 September 2024 - 11:58 WIB

Lestarikan Kuliner Tradisional, Lumajang Gelar Sapar Agung

1 September 2024 - 12:58 WIB

Wisatawan Sambut Baik Pengembalian Tiga Nama Destinasi Wisata Bromo

31 Agustus 2024 - 16:00 WIB

Melihat Eksotika Sendang Sri dan Coban Waru, Destinasi Wisata yang Bakal Menggebrak Pasuruan

31 Agustus 2024 - 13:01 WIB

Ada Festival Segoro Topeng Kali Wungu di Lumajang, Bikin Pelaku UMKM Sumringah

25 Agustus 2024 - 21:13 WIB

Menikmati Air Terjun Trap Sewu di Lumajang, Surga Tersembunyi dengan Seribu Tangga

25 Agustus 2024 - 13:12 WIB

Trending di Wisata