KRUCIL-PANTURA7.com, Memiliki anak didik yang mempunyai kreativitas dalam dunia seni tentu menjadi impian setiap guru. Seperti yang dilakukan siswa Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI) Kertosuko, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo.
Meski berada di dataran tinggi nan jauh dari perkotaan, namun sekelompok pelajar ini mampu memanfaatkan barang bekas seperti kardus menjadi minatur rumah yang unik. Modalnya, hanya kreatifitas dan kesabaran.
Guru Kesenian SMPI Kertosuko menyebut, awalnya kreatifitas anak didiknya muncul ketika ia memberikan tugas agar siswa-siswi memanfaatkan barang bekas yang ada di sekitar rumahnya.
“Awalnya saya beri tugas, dan ternyata beberapa siswa ada yang bisa membuat miniatur rumah dari kardus. Hal yang sebelumnya tidak pernah ada di sini dan juga tidak pernah dilakukan sebelumnya,” kata Azwar Anas, Sabtu (14/12).
Karya unik pertama ditemukan dari siswa bernama Agus (14) dan Anita (14) yang saat ini duduk di bangku kelas 2. Hasil kerajinan keduanya, memantik semangat siswa yang lain untuk ikut mengolah sampah yang awalnya barang terbuang menjadi hiasan bernilai seni tinggi.
“Sekarang yang sudah bisa itu ada 6 siswa. Karena dalam pembuatannya tidak mudah meski hanya dari barang bekas, tapi butuh konsentrasi dan kesabaran agar hasil yang dicapai itu maksimal,” ujar Anas, sapaan akrabnya.
Seiring berjalannya waktu, sambung Anas, kini anak didiknya tidak hanya memanfaatkan kardus untuk membuat miniatur rumah, akan tetapi juga dari stik es krim. Dari karyanya ini, menurutnya, siswa-siswi juga mendapatkan apresiasi dari pihak sekolah.
“Alhamdulillah, hasil kary mereka dijadikan hiasan di ruangan guru. Bahkan sekarang, agar tetap terjaga kreatifitasnya, siswa-siswi yang bisa membuat miniatur rumah dari barang bekas, mendapat penghargaan dari sekolah berupa sepatu dan tas,” ujar Anas.
Hingga saat ini, lanjut Anas, sudah ada puluhan miniatur rumah berbahan dasar kardus dan stik es krim yang berhasil dibuat anak didiknya. Karya-karya mereka tersimpan rapi sembari menunggu lomba karya kesenian antar pelajar tingkat SMP.
“Tidak untuk dijual, tujuannya memang untuk meningkatkan seni siswa dan menghargai karya mereka. Semoga saja, ada perlombaan karya seni tingkat SMP, kalau nanti juara kan pasti mereka senang dan ada pengakuan dari pemerintah,” harapnya.
Sementara itu, salah satu siswa Agus (14) menuturkan, awalnya ia kesulitan menghasilkan karya berbahan dasar kardus dan stik es krim. Namun ia terus belajar secara otodidak agar kardus-kardus yang menjadi limbah menjadi baranf berharga.
“Dulu masih jelek, kadang guntingannya tidak rapi, kadang posisinya miring, tapi kalau sekarang sudah bagus. Jadi nanti kalau ada lomba, saya sudah siap dan yakin medapat nilai yang tidak mengecewakan,” ujarnya. (*)
Editor : Efendi Muhammad
Publisher : A. Zainullah FT