MARON-PANTURA7.com, Virus korona yang mewabah di Cina, membuat pemerintah setempat melakukan pembatasan akses. Akibatnya, warga setempat maupun warga negara asing tak bisa keluar rumah sembarangan maupun memanfaatkan fasilitas publik.
Kondisi ini membuat warga seolah terkurung, tak terkecuali belasan santri alumni Pesantren Zainul Hasan (PZH) Genggong, Pajarakan, Probolinggo, yang tengah menimba ilmu di negeri tirai bambu tersebut. Sedikitnya, ada 14 santri yang saat ini masih berada di Cina.
Belasan mahasiswa-mahasiswi tersebut ialah Sinta Nuriyah (20) asal Pajarakan, Wardatul Hasanah (20) asal Bondowoso dan Siti Aminah (21) asal Lumajang. Mereka alumni Madarasah Aliyah (MA) ZAHA Genggong.
Berikutnya, alumni MA Model Zainul Hasan Genggong, yakni Febri Halim Cahyadi (25) asal Maron, Irma Putri Nuraini (19) dari Kabupaten Lumajang, Abdul Wadud Maulana (19) asal Krejengan, Rofiqotul Maulayah (19) asal Kabupaten Sumenep.
Alumni MA Model lainnya adalah Mohammad Nadif (19) asal Paiton, Churil Amaliyah (19) asal Kota Probolinggo, dan Nur Halimah (18) warga Kabupaten Jember.
Kemudian ada Muhammad Arif Hidayat (17) asal Lumajang dan Bayu Abdillah (19) asal Jember. Dua mahasiswa lainnya, Muhammad Kamil Iskandar (23) asal Besuk dari Ponpes Barokatul Hasan dan Yusnaini Nafisah (20) asal Lumajang, alumnus SMK Zaha Genggong.
Alumni tertua mahasiswa alumni PZH Genggong di Cina, Febri Halim Cahyadi mengatakan, sejatinya ada 17 alumni Genggong yang menimba ilmu di Cina. Namun ketiganya berhasil pulang ke kampung halamannya beberapa hari yang lalu.
Dua dari ketiga alumni tersebut berasal dari MA Model Zainul Hasan, yakni Virda Izaah Permatasari (19) dan Intishar Kohardian Lazuardini (18) asal Lumajang. Satu orang lain merupakan jebolan MA Zainul Hasan, Sholehatul Mukarromah (20) asal Lumajang.
“Ada tiga mahasiswi alumni Genggong yang sudah pulang, semuanya berasal dari Lumajang,” terang Febri, Sabtu (1/1/2020).
Kondisi saat ini, lanjut Febri, ia dan belasan alumni lain masih belum bisa beraktifitas seperti hari-hari sebelumnya. Pembatasan akses oleh pemerintah Cina membuat akses ke dunia luar tertutup, kecuali sifatnya sangat mendesak.
“Sehari-hari kebanyakan kami habiskan berdiam di dalam kamar, sejak virus corona menyerang,” tutur pemuda asal Desa Brabe, Kecamatan Maron ini. (*)
Editor : Efendi Muhamad
Publisher : A. Zainullah FT