Menu

Mode Gelap
Geger! Warga Jember Dikejutkan dengan Penemuan Bayi Meninggal di Depan Toko Gus Hilman Siapkan 44 Ribu Kuota Beasiswa bagi Pelajar di Pasuruan dan Probolinggo, Jamin Tidak Ada Pemotongan Diduga Diculik, Santri Pondok Metal Pasuruan Hilang saat Belanja Hadapi Kasus Pelecehan Siswa, Disdikbud Lumajang Buat Crisis Center Ditinggal Bepergian, Rumah dan Dapur Warga di Kota Probolinggo Ludes Terbakar Karyawati Eratex Kena Begal di Maron, Motor Dirampas

Berita Pantura · 17 Feb 2020 08:23 WIB

Protes Tambang Emas, Warga ‘Ngontel’ Temui Khofifah


					Protes Tambang Emas, Warga ‘Ngontel’ Temui Khofifah Perbesar

KANIGARAN-PANTURA7.com, Aktifitas pertambangan emas di sejumlah kawasan di Kabupaten Banyuwangi, terus menuai protes. Salah satunya digalakkan warga Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, bersama sejumlah aktivis lingkungan.

Mereka melakukan aksi penolakan dengan cara mengayuh sepeda ontel dari Banyuwangi ke Surabaya, untuk menemui Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Rombongan ini tiba di Kota Probolinggo dan beristirahat di halaman museum kota setempat, Senin siang (17/02/2020).

Massa menyebut, penambangan itu memiliki dampak ekologi, karena sering terjadi peledakan (blasting) yang mengagetkan warga. Bahkan banyak sattwa turun gunung dan masuk ke pemukiman akibat habitat alaminya dirusak.

“Penambangan itu juga memicu terjadinya banjir yang menyebabkan tertutupnya karang. Selain itu, ada dampak sosial berupa perselisihan antar keluarga dan tetangga, terkait pro-kontra penambangan,” kata koordinator aksi dari Forum Rakyat Banyuwangi, Usman.

Suasana kawasan tambang emas yang dikeluhkan warga. (Foto : Moch. Rochim)

Ironisnya, lanjut Usman, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi justru memperlancar industri pertambangan tanpa memperhatikan dampak bagi warga sekitar. Harapan warga, jelasnya, kini ada pada Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

“Di tahun 2011-2012, Bupati Banyuwangi memberikan IUP pertambangan dan meminta rekomendasi, dari hutan lindung turun menjadi hutan produksi,” paparnya.

Warga, sambung Usman, meminta Gubernur Jawa Timur mencabut izin usaha pertambangan (IUP) PT. BSI (Bumi Suryasindo) dan PT. DSI (Damai Suryasindo) yang melakukan penambangan di kawasan Gunung Tumpang Pitu.

“Kami meminta, izin usaha dua perusahaan itu dicabut. Jika tidak, mereka akan memperluas pertambangan di gunung Salakan serta beberapa daerah lain di Kabupaten Banyuwangi,” ulasnya.

Aksi protes dengan cara ‘ngontel’ ini, diikuti 15 orang warga perempuan dan 28 orang kaum pria, yang didampingi aktivis lingkungan dari Forum Rakyat Banyuwangi, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesa (PMII) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

Dari Kota Probolinggo, selanjutnya mereka akan melanjutkan perjalanan menyusuri jalur pantura Pasuruan, Sidoarjo lalu Surabaya untuk bertemu Khofifah Indar Parawansa. (*)


Editor : Efendi Muhammad
Publisher : Rizal Wahyudi


Artikel ini telah dibaca 16 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Jalur Kereta Api di Lumajang Masa Kolonial, Tingkatkan Produksi dan Distribusi Komoditas Ekspor

20 April 2025 - 14:04 WIB

Mengenal Sejarah Transportasi Kereta Api di Lumajang pada Masa Kolonial Belanda

19 April 2025 - 12:52 WIB

Pemkot Probolinggo Segera Tata Ulang Alun-alun, Siapkan Anggaran Rp10 M

18 April 2025 - 09:29 WIB

Warga Khawatir, Tanggul Penahan di DAS Gunung Semeru di Sumberwuluh Terkikis

15 April 2025 - 14:15 WIB

Musim Penghujan di Kota Probolinggo Diprediksi Berakhir Akhir April 2025

15 April 2025 - 02:58 WIB

Jembatan Pajarakan Diperbaiki, ini Jalur Alternatif untuk Hindari Kemacetan

14 April 2025 - 13:23 WIB

Warga Lumajang Menghela Napas Lega, Jalan Rusak 10 Tahun Segera Diperbaiki

13 April 2025 - 14:00 WIB

Pemerintah Lumajang Dukung Usulan Pembangunan Jalan Tol Probolinggo-Lumajang

13 April 2025 - 13:21 WIB

Setelah 10 Tahun Rusak, Jalan di Lumajang Akhirnya Diperbaiki

13 April 2025 - 13:13 WIB

Trending di Lingkungan