KANIGARAN-PANTURA7.com, Aktifitas pertambangan emas di sejumlah kawasan di Kabupaten Banyuwangi, terus menuai protes. Salah satunya digalakkan warga Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, bersama sejumlah aktivis lingkungan.
Mereka melakukan aksi penolakan dengan cara mengayuh sepeda ontel dari Banyuwangi ke Surabaya, untuk menemui Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Rombongan ini tiba di Kota Probolinggo dan beristirahat di halaman museum kota setempat, Senin siang (17/02/2020).
Massa menyebut, penambangan itu memiliki dampak ekologi, karena sering terjadi peledakan (blasting) yang mengagetkan warga. Bahkan banyak sattwa turun gunung dan masuk ke pemukiman akibat habitat alaminya dirusak.
“Penambangan itu juga memicu terjadinya banjir yang menyebabkan tertutupnya karang. Selain itu, ada dampak sosial berupa perselisihan antar keluarga dan tetangga, terkait pro-kontra penambangan,” kata koordinator aksi dari Forum Rakyat Banyuwangi, Usman.
Ironisnya, lanjut Usman, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi justru memperlancar industri pertambangan tanpa memperhatikan dampak bagi warga sekitar. Harapan warga, jelasnya, kini ada pada Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
“Di tahun 2011-2012, Bupati Banyuwangi memberikan IUP pertambangan dan meminta rekomendasi, dari hutan lindung turun menjadi hutan produksi,” paparnya.
Warga, sambung Usman, meminta Gubernur Jawa Timur mencabut izin usaha pertambangan (IUP) PT. BSI (Bumi Suryasindo) dan PT. DSI (Damai Suryasindo) yang melakukan penambangan di kawasan Gunung Tumpang Pitu.
“Kami meminta, izin usaha dua perusahaan itu dicabut. Jika tidak, mereka akan memperluas pertambangan di gunung Salakan serta beberapa daerah lain di Kabupaten Banyuwangi,” ulasnya.
Aksi protes dengan cara ‘ngontel’ ini, diikuti 15 orang warga perempuan dan 28 orang kaum pria, yang didampingi aktivis lingkungan dari Forum Rakyat Banyuwangi, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesa (PMII) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Dari Kota Probolinggo, selanjutnya mereka akan melanjutkan perjalanan menyusuri jalur pantura Pasuruan, Sidoarjo lalu Surabaya untuk bertemu Khofifah Indar Parawansa. (*)
Editor : Efendi Muhammad
Publisher : Rizal Wahyudi