Menu

Mode Gelap
Pemkot Probolinggo Sidak Kios, Stok Pupuk Aman KPU Kota Probolinggo Mulai Distribusikan 1.312 Bilik Suara PMII, HMI hingga GMNI Kompak Deklarasi Anti Politik Uang Kampanye Akbar Pamungkas, Handal Bersinar Bertekad Lanjutkan Visi misi Berkelanjutan Debat Publik Terakhir Acuan Masyarakat Pilih Pemimpin Sebanyak 200 KK dan 1.000 Jiwa di Rowokangkung, Lumajang Dilanda Banjir

Ekonomi · 31 Agu 2020 11:55 WIB

Musim Angin Kencang Nelayan Kecil Berhenti Melaut


					Musim Angin Kencang Nelayan Kecil Berhenti Melaut Perbesar

MAYANGAN-PANTURA7.com, Gelombang tinggi dan cuaca buruk tengah melanda perairan Laut Jawa. Sebagian besar nelayan kecil (tradisional) di wilayah Mayangan, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo memilih tidak melaut.

“Nelayan kecil tak melaut penyebabnya karena cuaca buruk, gelombang tinggi dan angin kencang,” ujar Adi, salah satu nelayan, Senin (31/8/2020).

Kondisi cuaca yang dikenal nelayan dengan istilah ‘musim baratan’ itu bisa membahayakan nelayan yang menggunakan perahu kecil. Pasalnya, perahu mereka tidak mampu melawan ganasnya gelombang di lautan.

Adi mengatakan, saat ini ‘musim baratan’ baru saja dimulai. Biasanya, ‘musim baratan’ akan berlangsung hingga sekitar sebulan ke depan.

Akibat tak bisa melaut, Adi menyatakan, para nelayan mengalami masa paceklik. Mereka tak bisa memperoleh penghasilan karena tak ada hasil tangkapan.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, para nelayan mengandalkan uang simpanan mereka. “Kalau yang tidak punya uang, ya terpaksa berutang,” tuturnya.

Berbeda lagi dengan para anak buah kapal (ABK). Mereka biasanya berutang kepada juragan kapal mereka. Sedangkan bagi juragan kapal, mereka biasanya berutang ke koperasi, khusus bagi yang masuk menjadi anggota koperasi.

Nelayan lainnya,Yanto mengakui, ‘musim baratan’ merupakan masa paceklik bagi nelayan kecil seperti dirinya. Pasalnya, gelombang tinggi dan angin kencang bisa membuat perahu kecil menjadi terbalik. “Jadi ya susah buat melaut,” terangnya.

Ia mengatakan, kondisi tersebut membuat nelayan kecil tak bisa memperoleh penghasilan. Dia pun terkadang mencuri-curi waktu untuk tetap berangkat melaut saat melihat kondisi cuaca sedang membaik.

“Tapi melaut juga hanya di pinggiran saja, tidak sampai ke tengah. Jadi kalau tiba-tiba cuaca berubah menjadi buruk, bisa langsung pulang lagi,” urainya.

Sejak musim angin tiba, ketinggian gelombang di laut itupun membuat pesta laut (nyadran) yang dilaksanakan para nelayan menjadi sedikit terhambat. “Tidak semua perahu nelayan berani mengikuti ritual nyadran hingga ke tengah laut,” terangnya.(*)


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Rizal Wahyudi


Artikel ini telah dibaca 9 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

UMP/UMK Tahun 2025, DPC K-SPSI Usul UMK Kota Probolinggo Naik 8-10 Persen

13 November 2024 - 11:51 WIB

Bangkitkan Ekosistem Ekonomi Daerah, Polinema dan Kadin Akan Dorong SDM Lumajang

12 November 2024 - 14:31 WIB

Petani Kota Probolinggo Sukses Tanam Kubis di Dataran Rendah

9 November 2024 - 17:42 WIB

Stok Pupuk Bersubsidi di Lumajang Dipastikan Aman pada Tahun 2024

7 November 2024 - 10:28 WIB

Pertanian Lumajang Sumbang 32 Persen PDRB

6 November 2024 - 14:19 WIB

Harga Cabai Anjlok, Petani Probolinggo Harap Pemerintah Turun Tangan

1 November 2024 - 22:17 WIB

Lahan Tembakau di Lumajang Membengkak Jadi 1.220 Hektare

31 Oktober 2024 - 15:58 WIB

Modal Rp500 Ribu, Pembudidaya Kepiting Tambak Khas Pesisir Probolinggo Tembus Pasar Taiwan

30 Oktober 2024 - 21:06 WIB

Biaya Retribusi Pelaku Usaha di Lumajang Dibebaskan

21 Oktober 2024 - 12:44 WIB

Trending di Ekonomi