KRAKSAAN-PANTURA7.com, Mulai hari ini, Senin (26/10/2020) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) melakukan uji coba pembelajaran tatap muka di beberapa kecamatan di Kabupaten Probolinggo yang secara konsisten ada pada zona hijau dan kuning.
“Ada 6 kecamatan yang konsisten berada di zona hijau dan kuning. Di masing-masing kecamatan itu ada 2 jenjang pendidikan, yakni SD dan SMP. Dalam pelaksanaannya tetap mengacu kepada keputusan bersama 4 Menteri dalam protokol kesehatannya,” kata Kepala Dispendik Kabupaten Probolinggo, Fathur Rozi.
Menurut Rozi, apabila selama 2 pekan uji coba pembelajaran tatap muka hasilnya baik, maka akan dilakukan persebaran atau peningkatan jumlah satuan pendidikan yang akan melaksanakan uji coba pembelajaran tatap muka.
“Tetapi juga tetap harus di zona hijau atau kuning yang secara konsisten dalam 1 bulan terakhir,” jelas dia.
Rozi menerangkan uji coba pelaksanaan pembelajaran tatap muka ini akan dilakukan di Kecamatan Lumbang, Sumber, Kuripan, Tiris, Krucil dan Wonomerto. Tetapi tetap akan dilakukan evaluasi khawatir ada perubahan zona di 6 kecamatan tersebut.
“Awalnya Kecamatan Sukapura masuk, tetapi sudah menjadi orange sehingga kita tidak ingin menanggung resiko karena ini cukup beresiko bagi anak-anak,” tegasnya.
Teknis pelaksanaannya, terang Rozi, pertama dari pelaksanaannya guru-guru yang mengajar di sana adalah guru yang memang tinggal di zona hijau dan kuning. Guru tidak boleh dari zona orange apalagi zona merah.
Kemudian, lanjutnya, pelaksanaan pembelajarannya tetap melaksanakan protokol kesehatan diantaranya menggunakan masker, cuci tangan dan physical distancing.
“Physical distancing dalam proses pembelajaran itu dalam satu kelas berisi maksimal 50% dari jumlah yang ada di kelas itu. Jika SD itu maksimal ada 28 siswa, maka dalam 1 kelas menjadi 14 siswa. Untuk jenjang SMP, apabila ada 32 siswa dalam satu rombongan belajar, maka yang masuk hanya 16 siswa,” urainya.
Dengan pola itu, menurut Rozi, strategi pembelajaran yang digunakan menggunakan shift learning atau pembelajaran bergantian dengan maksimal 50 persen. “Ini sebenarnya solusi bagi kejenuhan anak melaksanakan pembelajaran secara daring,” pungkasnya. (*)
Editor : Efendi Muhamad
Publisher : A. Zainullah FT