Menu

Mode Gelap
Eksotika Pantai Karanganom, Destinasi Wisata Baru di Kabupaten Probolinggo KPU Pasuruan Tetapkan DPTb, Bangil Catat Pemilih Masuk Tertinggi, Grati Dominasi Pemilih Keluar Logistik Pilkada di Kab. Probolinggo Mulai Didistribusikan, Segini Jumlahnya Pemkot Probolinggo Sidak Kios, Stok Pupuk Aman KPU Kota Probolinggo Mulai Distribusikan 1.312 Bilik Suara PMII, HMI hingga GMNI Kompak Deklarasi Anti Politik Uang

RUTE (Ruang Transparansi Ide) · 12 Jan 2021 12:16 WIB

Penyimpangan Informasi Media Sosial Dikala Pandemi Covid-19


					Penyimpangan Informasi Media Sosial Dikala Pandemi Covid-19 Perbesar

Kiriman : Rizki Lestari H.A*


Sejak kasus Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia hingga saat ini, informasi digital telah berubah menjadi pusat penyebaran informasi mengenai kasus Covid-19. Banyak sekali informasi dalam bentuk pesan singkat, foto, video yang disebarluaskan secara personal melalui layanan group di media sosial.

Aktifitas re-tweet atau forward message dari satu grup ke grup lainnya terjadi karena adanya keinginan untuk menjadi ‘first person’ dalam menyampaikan informasi. First person disini dianggap memberikan legalitas identitas sebagai orang yang paling up to date dan paham tentang kondisi yang sedang terjadi tanpa melalui proses filterisasi dan seleksi kebenaran.

Dengan mudah pesan atau informasi terus dikirimkan kepada khalayak umum. Alhasil, timbullah kesimpangsiuran kebenaran yang diterima oleh publik terkait informasi soal kondisi pandemi yang sedang terjadi.

Peran media sosial digital saat ini memang sangat penting dalam sistem sosial di masyarakat. Hal ini disebabkan media sosial memberikan peluang bagi siapa saja untuk terlibat langsung dalam proses distribusian informasi kepada khalayak, baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan.

Memang semua orang memiliki hak dan kebebasan yang sama di ruang publik (baca: media sosial) yang mendorong kemunculan informasi-informasi kepada publik. Tetapi terkadang justru menyebabkan terjadinya penyimpangan informasi, hanya karena keinginan semata yaitu menjadi ‘first person’ dalam sebuah kelompok sosial.

Dalam kondisi seperti ini, penyimpangan informasi banyak ditemukan dalam berita di media sosial terkait pandemi Covid-19.

Penyimpangan disini masuk didalam ranah sosialkultura dimana penyimpangan bisa terjadi yaitu ketika seseorang atau suatu kelompok bertindak diluar batas-batas aturan moral yang telah disepakati dalam sebuah institusi sosial. Bentuk penyimpangan ini banyak ditemukan saat penyampaian informasi kepada publik.

Sebelum membahas lebih mengenai penyimpangan informasi media sosial, apakah kalian sebagai pembaca juga sebagai pengguna media sosial, mencari informasi ataukah hanya sebagai hiburan semata? Lantas media apa yang sering anda gunakan untuk mencari informasi terkait tentang Covid-19? apakah anda juga langsung percaya atas informasi-informasi yang telah didapat ?

Apakah anda juga dapat mengidentifikasi mengenai informasi-informasi tersebut ? Dari beberapa survei yang di lakukan penulis, terbukti bahwa media sosial banyak di gunakan seseorang untuk mencari informasi. Para pengguna medsos menerima informasi mengenai perkembangan Covid-19 yang sedang terjadi saat ini dan mereka pun menyadari bahwa antara berita hoaks dan fakta sangatlah seimbang.

Sehingga keseimbangan inilah yang menyebabkan terjadinya penyimpangan informasi di medsos. Beberapa pengguna medsos cenderung menjadi pemicu terjadinya penyimpangan informasi juga dapat memunculkan ambiguitas terhadap pemberitaan kasus Covid-19 ini.

Tetapi pada dasarnya masyarakat atau publik sangatlah membutuhkan informasi -informasi yang bersifat fungsional. Tapi banyak sekali ruang-ruang ambigu yang tercipta akibat penyimpangan informasi yang terjadi, yang justru menurunkan kepercayaan publik terhadap kebenaran infomasi yang disampaikan via medsos.

Maka dari itu, untuk menghindari terjadinya penyimpangan informasi yang semakin meresahkan saat pandemi ini, maka tiap-tiap orang setidaknya harus mempunyai kesadaran diri (self-consciousness) dalam menyebarkan informasi – informasi terkait dengan pandemi Covid-19.

Tidak hanya itu, filterisas informasi yang diterima dari orang lain atau media tidak langsung disebarluaskan. Itulah langkah yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penyimpangan informasi. Semua orang harus sadar bahwa kita tidak hanya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 tetapi juga harus memutus penyimpangan informasi di media sosial.

Namun kita semua harus yakin pada sebuah asumsi bahwa media sosial tidak hanya menjadi ‘ladang’ penyimpangan informasi, tetapi kita sendiri pun juga menjadi pelaku atas timbulnya penyimpangan informasi tersebut. (**)


*Mahasiswa Fakultas Ekonomi & Bisnis, Jurusan Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Malang

Artikel ini telah dibaca 4 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Mengatasi Persoalan Daerah Kabupaten Probolinggo

2 November 2024 - 12:03 WIB

Problematika Kebijakan Tunjangan Honor Guru Non NIP di Lumajang

16 Juli 2024 - 14:28 WIB

Peran Media Sosial Dalam Kampanye Edukatif

17 Juni 2024 - 10:04 WIB

Strategi Membangun Popularitas Bandeng Jelak Menuju Bintang Kuliner Nasional

24 April 2024 - 15:35 WIB

Tantangan dan Dinamika Pilkada Pasca Pemilu 2024

21 April 2024 - 17:44 WIB

Pemuda dan Urgensinya dalam Pemilu 2024

5 Desember 2023 - 21:01 WIB

Perebutan Suara Milenial dan Pergeseran Media Kampanye

20 November 2023 - 10:24 WIB

Duh.. Kades di Pasuruan Dibacok Tetangga

26 Juli 2023 - 23:09 WIB

Menjaga ‘Kewarasan’ Pers dalam Pemilu Tahun 2024

2 Juni 2023 - 15:56 WIB

Trending di Politik