PRIGEN-PANTURA7.com, Bermimpilah setinggi mungkin, mumpung masih gratis, tidak bayar. Wejangan itu, rupanya dijalani betul oleh Ahmad Sahroni, politisi Partai Nasdem yang kini menjadi Wakil Ketua Komisi III DPR RI.
Tak tanggung-tanggung, Sahroni bermimpi untuk menjadi Presiden RI. Mimpi jadi Presiden, akunya, bertujuan untuk memberikan motivasi kepada anak bangsa, mulai dari Sabang sampai Merauke.
Baleho sosialisasi Ahmad Sahroni mimpi jadi Presiden, menurut Sahroni, sudah bertebaran di sejumlah kota besar. Diantaranya Batang, Padang, Bengkulu, Jambi, Palembang, Makassar, Medan, Bandung, Bali, Malang, Semarang, Jogjakarta dan DKI Jakarta.
“Saya ingin memberikan motivasi bagi anak-anak muda untuk mau bermimpi. Contohnya saya yang tadinya bukan siapa-siapa menjadi seseorang seperti saat ini, ya karena saya dari dulu sukanya mimpi,” kata Sahroni, saat menghadiri diskusi online di kediaman anggota DPRD Kabupaten Pasuruan, Joko Cahyono, kawasan Tretes, Kecamatan Prigen, Sabtu (16/01/2021) sore.
Berkat mimpinya itu, imbuh Sahroni, ia sering dicemooh orang karena dinilai terlalu bermimpi. Namun ia tetap bergeming karena ia yakin mimpi bisa jadi kenyataan melalui proses demi proses.
“Gak apa-apa orang bilang mimpi saya terlalu besar. Dulu jadi gembel mimpi punya ferarri, tapi akhirnya dapat, tapi tidak sekarang mimpi besok langsung dapat, itu butuh proses,” beber pengusaha transportasi ini.
Ia optimis, setiap mimpi yang diidamkan akan menemukan jalan untuk diwujudkan menjadi kenyataan. Hanya ia berpesan, mimpi jangan diwujudkan dalam bentuk ambisi sehingga mendorong seseorang untuk menghalalkan segala cara demi menggapai mimpinya.
“Kalau mimpi jadi presiden nanti ada jalan, alhamdulillah. Kalau tidak ada, juga alhamdulillah, jadi tidak ada ambisi apa-apa,” tandasnya santai.
Diketahui, selain menjadi anggota dewan, Sahroni dikenal sebagai pengusaha yang memiliki beberapa kapal tongkang pengangkut Bahan Bakar Minyak (BBM). Ia juga menjadi ketua Ferrari Owner’s Club of Indonesia (FOCI).
Padahal dulunya, Sahroni dibesarkan dari sebuah keluarga sederhana yang berprofesi sebagai penjual nasi Padang di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Sahroni kecil bahkan bekerja sebagai tukang semir sepatu dan ojek payung. Ia juga pernah menjadi sopir antar-jemput anak-anak sekolah, tukang cuci kuali raksasa di dapur kapal pesiar asing dam pelayan restoran. (*)
Editor: Efendi Muhammad
Publisher: A. Zainullah FT