PAKUNIRAN-PANTURA7.com, Berbagai cara dilakukan untuk mengisi kesibukan hari-harinya selama masa Pandemi Covid-19. Salah satunya, seperti dilakukan aktivis pegiat anti korupsi di Kabupaten Probolinggo yang menyantuni perempuan lanjut usia (lansia) kurang mampu.
Aktivis yang tergabung dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Lumbung Informasi Rakyat (Lira) Kabupaten Probolinggo setiap pekan mencari informasi keberadaan perempuan lansia. Tujuannya untuk dibantu demi meringankan beban hidupnya.
Kali ini mereka mendatangi rumah Timani (64) warga Dusun Mungging dan Sunarjo (91) warga Dusun Engas, Desa Alaspandan, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo, Jumat (12/2/2021). Lira kemudian membantu kedua lansia itu.
Koordinator Lapangan (Korlap) Lira, Moh. Toyyib Algaffar mengatakan, cara unik tersebut sejatinya merupakan inisiatif anggotanya. Ide ini kemudian disetujui sehungga setiap anggota Lira diminta menyisihkan sedikit rezekinya membantu sesamanya.
“Tidak setiap hari, kami cari informasi dulu dari berbagai media kemudian kami telusuri kebenarannya. Jika itu masuk dalam kategori orang tidak mampu maka kami langsung urunan seikhlasnya, berapa pun kami terima,” katanya saat membagikan sembako.
Dari hasil urunan sesama anggota LSM Lira, lanjut Iip, sapaan akrabnya, kemudian uang tersebut dibelikan bahan pokok seperti beras, telur, mie, dan sayur mayur lalu bersama-sama membagikannya kepada lansia yang masuk dalam kategori.
“Daripada selama pandemi ini lebih banyak menghabiskan waktu untuk berdiam diri di rumah sedangkan di luar sana masih banyak yang membutuhkan uluran tangan dari kami ngapain kita harus diam. Ya hitung-hitung sambil lalu silaturahmi,” ungkap Iip.
Sejatinya, sambung Iip, kegiatan tersebut sudah dilakukan sejak awal Covid-19 merebak di di Kabupaten Probolinggo. Akan tetapi, Lira tidak langsung memburu para lansia yang hidupnya tidak mampu dan hidup sebatang kara.
“Kalau yang lansia di Pakuniran ini memang harus kami bantu karena selama dua bulan terakhir mereka tidak dapat bantuan apa pun dari pemerintah. Katanya sih sempat dapat BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai) tapi itu sudah dinonaktifkan,” tutur Iip.
Sementara itu, Sunarjo membenarkan kalau dirinya sempat menerima bantuan BPNT pemerintah, akan tetapi sudah dinonaktifkan sejak dua bulan terakhir. Selama itulah, dirinya sama sekali tidak menerima bantuan dari pemerintah.
“Jadi setiap harinya sejak bantuan itu dihentikan, saya hanya mencari sampah untuk dijual. Mau bagaimana lagi, kalau sudah tidak ada kerjaan, mau kerja lain tenaga sudah tidak kuat lagi,” ungkap dia dengan logat bahasa Madura. (*)
Editor : Ikhsan Mahmudi
Publisher : A. Zainullah FT