Menu

Mode Gelap
Karyawati Eratex Kena Begal di Maron, Motor Dirampas 174 Warga Kota Probolinggo Bakal Naik Haji, Diminta Segera Lunasi BPIH Memalukan! Sekelompok Pria Pesta Miras di Area Stadion Gelora Merdeka Kraksaan Sebelum Bunuh Istri, Suami di Probolinggo Minta ‘Jatah’ ke Korban Pemkot Pasuruan Ajukan Lima Raperda, Ini Isinya Fenomena Tabrakkan Diri ke Kereta Api Mulai Marak di Kota Probolinggo, ini Kata Psikolog

Ekonomi · 21 Feb 2021 10:45 WIB

Kiat Perajin Pisau Bertahan di Masa Pandemi Covid-19


					Kiat Perajin Pisau Bertahan di Masa Pandemi Covid-19 Perbesar

PAJARAKAN-PANTURA7.com, Pandemi Covid-19 juga berpengaruh terhadap kehidupan para perajin di Kabupaten Probolinggo. Termasuk salah satunya, Halim, perajin pisau di Desa Selogudig Wetan, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo.

Ia mengaku, produksi pisau yang dibuat dan dijualnya juga terpengaruh pandemi Covid-19. Dari 30-40 pisau yang bisa diproduksi setiap hari kini berkurang menjadi 15 buah.

Halim berterus terang, tidak lagi berani memproduksi pisau dalam jumlah banyak seperti sebelum pandemi Covid-19. Soalnya, sejak pandemi pesanan pisau berkurang drastis.

“Kalau tidak ada yang pesan, cukup membuat 15 pisau. Tidak berani buat banyak, meskipun masih mampu membuat lebih tapi ujung-ujungnya tetap bingung mau dijual ke mana. Jadi saya membuat pisau secukupnya saja,” kata Halim, Minggu (21/2/2021).

Meskipun di masa pandemi Covid-19 sangat sulit bagi perajin pisau seperti dirinya, Halim mengaku, masih bersyukur. Ia masih tetap beruntung meski pembuatan pisau berkurang, tetapi harganya tetap tidak berubah dan tidak dikeluhkan pembeli.

“Untuk harga jual pisau bervariasi mulai dari 5 ribu sampai 15 ribu rupiah, tergantung dari ukuran dan kualitas pisaunya. Saya kan hanya membuat pisau dapur, jadinya murah-murah. Apalagi ketika dijual yang menawar ibu-ibu. Pasti tidak dilirik kalau mahal,” ungkap Halim.

Di sisi lain, sambung Halim, untuk tetap berpenghasilan lebih, dirinya sudah jarang menjajakan jualanya ke pasar. Ia juga berjualan melalui sistem online karena lebih hemat dan tidak terlalu menguras waktu, tenaga, dan biaya operasional.

“Kalau dijajakan ke pasar sebenarnya masih tetap, tapi tidak setiap hari. Jadi baru-baru ini mencoba peruntungan berjualan di media sosial seperti di WhatsApp (WA) atau Facebook (FB) lumayan bisa hemat ongkos dan tenaga,” tutup pria 46 tahun ini. (*)


Editor : Ikhsan Mahmudi
Publisher : A. Zainullah FT


Artikel ini telah dibaca 11 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Program Koperasi Makro Desa Dipenuhi Ketidakpastian, Diskopum Jember Tunggu Arahan

12 April 2025 - 17:57 WIB

Inflasi Jember Meroket, Faktor Tarif Listrik dan Kenaikan Bahan Pokok?

9 April 2025 - 18:07 WIB

Dukung Swasembada Pangan, Bupati Probolinggo Gus Haris Pimpin Panen Raya Padi

7 April 2025 - 18:55 WIB

Pengunjung Pantai Mbah Drajid Membeludak, Omset UMKM Meningkat

7 April 2025 - 18:23 WIB

Lahan Pertanian Padi Meningkat, Kota Probolinggo Hasilkan 8,9 Ton Per Hektar

7 April 2025 - 18:04 WIB

Kebutuhan Melonjak Menjelang Lebaran, Stok LPG di Jember Dipastikan Aman

30 Maret 2025 - 05:45 WIB

Jelang Lebaran Stok BBM dan LPG di Lumajang Dipertanyakan

26 Maret 2025 - 11:20 WIB

Berdayakan Pedagang Sayur Lokal, Pemkab Jember Luncurkan ‘Mlijo Cinta’

24 Maret 2025 - 21:37 WIB

Menjelang Idul Fitri, Harga Bahan Pokok di Lumajang Naik

23 Maret 2025 - 16:25 WIB

Trending di Ekonomi