PASURUAN,- Selama Pandemi Covid-19, tukang potong rambut di Pasar Kebonagung, Kota Pasuruan, sepi pelanggan. Namun mereka memilih tetap bertahan karena tidak memiliki pekerjaan lain.
Pantauan PANTURA7.com, kios-kios tukang potong rambut yang berjajar di sisi pasar, nampak lengang. Beberapa orang tukang cukur nampak santai sambil ‘main HP, karena tidak ada pelanggan memangkas rambutnya.
“Kemarin itu, hanya mendapatkan pelanggan lima orang mulai pagi hingga siang. Padahal, kalau sebelum korona, bisa mencukur lebih dari sepuluh orang,” begitu keluh kesah Ariyan (36), tukang potong rambut di Pasar Kebonagung, Sabtu (3/4/2021).
Ariyan mengaku sudah lama menggeluti jasa potong rambut, dimulai sejak 2008 lalu. “Tetapi, tidak disini saja. Pindah-pindah,” kata bapak satu anak asal Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan itu.
Menurutnya, ia berada di Pasar Kebonagung selama 1,5 tahun terakhir. Dalam sehari, ia pernah mendapatkan penghasilan dari potong rambut sebesar Rp 700 ribu.
“Paling apes sehari Rp 200 ribu. Tapi itu sebelum Covid-19 terjadi,” kata curhat.
Sebelum Covid-19, ia bahkan bisa membelikan istri perhiasan emas dalam sehari kerja. “Kalau sekarang tidak bisa, sekarang hanya bisa mendapatkan Rp 40-50 ribu per hari,” katanya.
Guna menyiasati minimnya penghasilan selama pandemi, Ariyan buka cabang potong rambut di wilayah Kecamatan Kejayan. Harapannya, langkah itu bisa membantu meningkatkan penghasilan.
“Baru tiga minggu saya buka cukuran di Kejayan. Sementara hanya buka malam, itu ya dapat utang uangnya. Ya semoga bisa membantu penghasilan,” harap dia.
Nasib berbeda disampaikan Sulhan, tukang cukur rambut lain di Pasar Kebonagung. Menurutnya, sejauh ini pendapatannya masih stabil. Oleh karenanya, ia mengaku bersyukur bekerja sebagai tukang potong rambut.
“Tetap sama mas, sehari semalam bisa 35 kepala yang saya cukur, per kepala ongkosnya Rp 15 ribu,” bebernya.
Menurutnya, menjadi seorang tukang cukur ada kesenangan sendiri. Yaitu ketika pelanggan yang dicukurnya puas. Dengan begitu, ia merasa bangga.” Itu yang saya rasakan,” aku Sulhan. (*)
Editor : Efendi Muhammad
Publisher : Albafillah