SUKAPURA,- Umat Hindu Suku Tengger di lereng Gunung Bromo, menggelar Yadnya Kasada, Sabtu (26/06/21) dinihari. Seperti tahun sebelumnya, ritual tahunan ini dilakukan secara terbatas seiring pandemi Covid-19.
Sejak Jum’at (25/06/21) malam, masyarakat tengger yang hendak mengikuti ritual Yadnya Kasada sudah membawa ongkek berisi hasil bumi ke Pure Agung Luhur Poten yang berada di area Lautan Pasir.
Lantaran digelar terbatas, warga yang mengikut Yadnya Kasada tidak sebanyak biasanya. Selain itu, tidak ada suara sound system di sekitar Pure sehingga suasana ritual berlangsung lebih khidmat.
Sekitar pukul 3.00 dinihari, warga Tengger yang berasal dari 4 wilayah, masing-masing dari wilayah Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Pasuruan dan Malang, mulai bersiap menuju ke kawah Bromo.
Saah satu dukun Tengger, Sumo mengatakan, upacara Yadnya Kasada selama 2 tahun terakhir ini memang digelar berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun, segala keterbatasan tak mengurangi kekhidmatan perayaan.
“Kebetulan dua tahun ini kita sedang diuji dengan adanya Covid-19, sehingga Yadnya Kasada digelar terbatas. Jumlah peserta terbatas, tidak boleh berkerumun dan harus menerapkan protokol kesehatan,” terang Sumo.
Lelaki asal Desa Pakel, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo ini berharap, Yadnya Kasada dapat memberikan berkah kepada masyarakat, khususnya warga Tengger, dengan berkah kesehatan, keselamatan dan hasil bumi melimpah.
“Kita berharap dengan Yadnya Kasada ini seluruh warga Suku Tengger diberi rejeki, hidup makmur dan selalu di beri kesehatan. Semoga wabah Covid-19 ini juga segera berakhir agar masyarakat dapat kembali hidup normal,” harap dia.
Harapan yang sama diutarakan oleh Lilis Indraini. Ia mengatakan, pandemi Covid-19 membuat aktifitas warga serba terbatas, tak terkecuali Yadnya Kasada yang merupakan upacara sakral bagi masyarakat Tengger.
“Selama pandemi kami tidak dapat bersilahturahmi. Dengan Yadnya Kasada ini, saya sebagai warga Suku Tengger berharap wabah segera berakhir,” ungkap wanita asal Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan ini.
Menjelang fajar, warga kemudian membawa puluhan ongkek ke kawah Gunung Bromo. Jarak sekitar 1 kilometer dari Pure Luhur Agung ke kawah Bromo ditempuh tak sampai 30 menit dengan berjalan kaki.
Setibanya di puncak kawah, seluruh hasil bumi dilarung (dibuang) ke dalam kawah. Sejumlah warga, terlihat berdiri dibawah bibir kawah untuk menangkap hasil bumi yang dilarung masyarakat Tengger.(*)
Editor: Efendi Muhammad
Publisher: Albafillah