SUMBERASIH,- Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) di Desa Muneng, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, tidak hanya menjadi pusat koservasi tanaman holtikultura dan penyedia benih. Disamping itu, juga menjadi wahana frutikultur atau budidaya tanaman buah.
Salah satu frutikultur yang dikembangkan di IP2TP Desa Muneng adalah pepaya merah delima, yang konon penuh kasiat. Pepaya varian ini juga banyak diminati lantaran warnanya yang menarik, selain rasa yang cukup enak.
Di kebun seluar 3,5 hektar milik IP2TP, pepaya merah delima menjadi salah satu varian pepaya yang dibudidayakan. Sepintas pepaya ini berkarakter silindris dengan bentuk rongga bintang sudut lima. Pepaya ini memilik kadar kemanisan sekitar 11-14,50 brix.
Sejak ditanam hingga masa berbuah, pepaya ini membutuhkan waktu 7 hingga 8 bulan. Budidaya pepaya ini cukup mudah, hanya memerlukan penyiraman rutin dan pemupukan secara berkala. Selain itu, jarak antar pohon minimal harus 2,5 meter.
Peneliti Tanaman Buah Tropika IP2TP Muneng, Sukarsinah mengatakan, pepaya merah delima ini merupakan salah satu varitas unggulan di Indonesia. Ciri khas buah ini, yakni rasa yang manis, daging tebal dan tidak mudah busuk.
“Kita terus mengembangkan, dan membudidayakan pepaya jenis merah delima. Kita juga menerima kunjungan warga maupun pelajar jika ingin belajar membudidayakan tanaman buah, khususnya pepaya merah delima ini,” kata Sukarsinah.
Produktifitas pepaya delima, imbuh Sukarsinah, cukup baik sehingga mampu memenuhi permintaan pasar sejumlah daerah jika musim panen tiba. Permintaan pepaya merah delima diantaranya datang dari Kota Surabaya, Malang dan Probolinggo.
“Suplai ke Kota Surabaya sebanyak 5 kwintal setiap pekan. Sementara kiriman ke Kota Malang sebanyak 2 kwintal dan konsumsi di wilayah Probolinggo sejumlah 1,5 ton setiap pekan,” tandasnya.
Selain kasiatnya banyak, daging pepaya ini tebal dan cocok untuk orang yang program diet. “Harganya juga murah, hanya Rp6 ribu hingga Rp10 ribu per kilogram,” timpal Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kota Probolinggo, Sudarno. (*)
Editor: Efendi Muhammad
Publisher: A. Zainullah FT