Menu

Mode Gelap
Mitigasi Bencana, Pemkab Jember Perluas Program Satuan Pendidikan Aman Bencana Duh! 18 ASN Pemkab Probolinggo Mangkir di Hari Pertama Kerja Pasca Lebaran Berpacu dengan Waktu, Pemkot Probolinggo Targetkan Gelar Sekolah Rakyat Tahun ini Sendirian di Rumah, Gadis Desa di Karangren Probolinggo jadi Korban Rudapaksa Motor Tabrak Bus di Jalur Pantura Probolinggo, Dua Pemuda asal Bondowoso Tewas Paedi Korban Terseret Ombak Pantai Bambang di Lumajang Ditemukan Tak Bernyawa

Ekonomi · 11 Des 2021 19:05 WIB

Berhenti Bekerja di Bank, Sukses Usaha Aksesoris Mutiara


					Berhenti Bekerja di Bank, Sukses Usaha Aksesoris Mutiara Perbesar

PASURUAN, – Bekerja sebagai pegawai kantoran mungkin menjadi impian dan harapan bagi sebagian orang. Namun tidak bagi Adip Fachrizal (40).

Ia memilih berhenti dari pekerjaannya sebagai pimpinan cabang salah satu bank swasta. Ia kemudian beralih menjadi perajin aksesoris yang terbuat dari mutiara Lombok.

Dibantu istrinya dan tujuh orang karyawan, warga Jalan Sultan Agung, Kelurahan Purworejo, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan ini memproduksi beragam aksesoris yang terbuat dari mutiara laut dan mutiara tawar. Produknya mulai gelang, kalung, cincin, bros hijab, hingga konektor masker hijab.

Untuk mendapatkan mutiara laut dan tawar tersebut, Adip dan istrinya langsung memesan mutiara dari pembudidaya di Lombok. Untuk mutiara laut, Adip membeli dengan harga Rp300 ribu hingga Rp500 ribu per gramnya.

“Sementara untuk mutiara tawar, saya membeli dengan harga Rp50 ribu hingga Rp75 ribu per gramnya,” kata Adip.

Untuk harga jual dari aksesoris yang terbuat dari mutiara ini, Adip mematok harga berbeda-beda, sesuai dari jenis mutiara dan jenis aksesorisnya. Untuk satu bros, dijual Rp55 ribu hingga Rp100 ribu.

Untuk gelang dijual Rp 135 ribu hingga Rp 150 ribu. Sedangkan untuk cincin dijual dengan harga mulai Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu.

“Untuk konektor masker hijab yang dapat diubah menjadi kalung, saya jual Rp 250 ribu hingga Rp1 juta,” ujarnya.

Adib mengaku, bahwa ia tertarik menjadi perajin aksesoris setelah mengetahui istrinya banyak menerima pesanan dari teman kerjanya di bank. Dari banyaknya pesanan inilah kemudian dirinya memiliki niat untuk menekuni kerajinan aksesoris dan nekad berhenti bekerja dari bank. “Saya berhenti bekerja di bank tahun 2017,” kata Adip.

Kini, Adip pun bersyukur, karena usaha kerajinan aksesoris yang dirintisnya sejak tahun 2017 itu berkembang dan sukses hingga saat ini. Bahkan ia mampu meraup omzet sekitar Rp130-150 juta setiap bulan.

“Alhamdulillah kini penjualannya sudah hampir ke seluruh wilayah Indonesia. Mulia dari Pulau Jawa hingga ke Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan,” pungkasnya. (*)


Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Albafillah

Artikel ini telah dibaca 7 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Dukung Swasembada Pangan, Bupati Probolinggo Gus Haris Pimpin Panen Raya Padi

7 April 2025 - 18:55 WIB

Pengunjung Pantai Mbah Drajid Membeludak, Omset UMKM Meningkat

7 April 2025 - 18:23 WIB

Lahan Pertanian Padi Meningkat, Kota Probolinggo Hasilkan 8,9 Ton Per Hektar

7 April 2025 - 18:04 WIB

Kebutuhan Melonjak Menjelang Lebaran, Stok LPG di Jember Dipastikan Aman

30 Maret 2025 - 05:45 WIB

Jelang Lebaran Stok BBM dan LPG di Lumajang Dipertanyakan

26 Maret 2025 - 11:20 WIB

Berdayakan Pedagang Sayur Lokal, Pemkab Jember Luncurkan ‘Mlijo Cinta’

24 Maret 2025 - 21:37 WIB

Menjelang Idul Fitri, Harga Bahan Pokok di Lumajang Naik

23 Maret 2025 - 16:25 WIB

Tersaingi Pasar Online, Pedagang Pakaian di Plaza Lumajang Sepi Pembeli

18 Maret 2025 - 15:50 WIB

Sejarah Panjang Lumajang, dari Petani hingga Bentuk Koperasi Lawan Monopoli Perdagangan Belanda

16 Maret 2025 - 11:11 WIB

Trending di Ekonomi