Probolinggo,- Memeriahkan pelantikan pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Probolinggo Raya, puluhan anak yatim-piatu mendapat santunan di Pendopo Prasadja Ngesti Wibawa, Probolinggo, Rabu (23/2/2022) malam.
Pemberian santunan kepada 20 anak yatim-piatu di wilayah Kota/Kabupaten Probolinggo diserahkan langsung oleh Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) sebelum mengikuti prosesi pelantikan dan resepsi Hari Pers Nasional (HPN) 2022.
Ketua PWI Probolinggo Raya, HA. Suyuti mengatakan, dibentuknya PWI tidak terlepas dari tujuannya untuk membantu kemerdekaan melawan penjajah melalui media. Hal ini tidak boleh dilupakan anggota maupun pengurus PWI khususnya di Probolinggo Raya.
“Bentuk perlawanan bisa melalui media, oleh karena itu, saat ini diharapkan anggota, pengurus PWI Probolinggo bisa menyajikan berita indah nan berkualitas untuk masyarakat di Kota atau Kabupaten Probolinggo,” kata Suyuti saat memberi sambutan.
Selain itu, lanjut Suyuti, ke depannya program PWI Probolinggo Raya, akan berusaha maksimal meningkatkan kualitas, kuantitas dan kapasitas jurnalis. Yakni melalui berbagai cara di antaranya, pelatihan workshop dan diskusi berbagai bidang sehingga mempengaruhi karya tulisan.
“Karena ketika menyajikan berita, informasi yang tidak benar menyebabkan masalah sosial yang akan sulit penanganannya. Dampak tulisan sangat berpengaruh kepada masyarakat. Oleh karena pelatihan dan sebagainya sangat penting dilakukan untuk anggota PWI,” tutur Suyuti.
Sementara itu, Ketua PWI Jawa Timur, Lutfil Hakim mengatakan, bergabungnya PWI Probolinggo Raya setelah kurang lebih 10 tahun vakum disambut hangat. Diharapkan wartawan bisa mengabdikan tulisannya kepada khalayak publik.
“Bukan berita-berita yang justru menjatuhkan pihak-pihak tertentu, tapi anggota PWI harus kompeten secara moral. Sebab, pengaruh tulisan kepada masyarakat sangat berpengaruh kepada masyarakat, ingat pers juga bertanggung jawab kontrol sosial,” tutur Cak Lutfi, panggilan akrab Ketua PWI Jatim.
Ia juga berpesan, agar wartawan tidak mudah memframing fakta untuk menggiring opini tertentu. “Dalam framing, liputannya benar tetapi penggiringan isunya yg tidak benar,” pesannya. (*)
Editor : Ikhsan Mahmudi
Publisher : Albafillah