Menu

Mode Gelap
Peringatan Harjakabpro ke-279 Dikemas Sederhana, Diawali Ziarah Kubur dan Tasyakuran Tiga Bulan, Pemkot Probolinggo Vaksin 3 Ribu Ekor Sapi Pria Pembunuh Istri di Probolinggo Terancam Hukuman Mati, ini Pasal yang Diterapkan Polisi Songsong Porprov 2025, PODSI Kota Probolinggo Targetkan 6 Medali Emas Solusi Air Bersih di Lumajang: Bupati dan Walikota Probolinggo Dukung Rencana Pembangunan Infrastruktur Air Pemkot Probolinggo Segera Tata Ulang Alun-alun, Siapkan Anggaran Rp10 M

Kesehatan · 23 Feb 2022 19:00 WIB

Rifka Dina Aulia, Bocah Yatim-piatu Penderita Gizi Buruk ini Butuh Bantuan


					Rifka Dina Aulia, Bocah Yatim-piatu Penderita Gizi Buruk ini Butuh Bantuan Perbesar

Besuk,- Malang nian nasib Rifka Dina Aulia (7), warga Dusun Krajan, RT/010 RW/003, Desa Sindetlami, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo. Jika bocah seusianya sedang asyik bermain dengan teman sebaya, namun ia justru tergolek lemah di ranjang.

Ya, Dina, begitu dia disapa, setiap hari sejak dilahirkan hanya bisa tidur di ranjang bambu dalam bilik kamar rumah ditemani neneknya, Suto Sari (69). Tubuhnya ringkih, suaranya parau dan sesekali menangis tanpa alasan jelas.

Saat ditemui PANTURA7.com di rumahnya, Rabu (23/2/22), Dina mengenakan kaos pink bergambar hello kitty dipadu celana pendek dengan warna senada. Seperti biasa, ia terkulai lemah di ranjang. Ia tidak bisa berdiri, apalagi berjalan.

Dina tinggal di kamar berukuran 2×2,5 meter. Rumah semi permanen berdinding kayu yang sudah mulai lapuk, membuat bilik kamar Dina mudah tertebus cahaya dari luar. Atap rumah yang tanpa plafon, menambah kesan kumuh terhadap rumah yang tepat berada di pinggir area persawahan itu.

“Sudah sejak lahir sudah tidak normal kondisinya, biasanya bayi itu memiliki berat sekitar 2,5 kilogram tapi Dina hanya 1,1 kilogram. Sehingga kondisinya sekarang seperti ini, tidak bisa jalan, setiap harinya hanya minum susu saja,” kata paman Dina, Salehuddin (36) saat mendampingi Dina di pembaringan.

Selain gizi buruk yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan anak atau stunting, penderitaan Dina tidak sampai disitu saja. Sekitar 4 tahun lalu atau sejak Dina berumur 3 tahun, dia tidak dapat merasakan belaian dan kasih sayang dari orang tuanya yang memutuskan bercerai.

Penderitaan Dina kian lengkap setelah di 8 bulan lalu, Babur Rahma, ibu kandungnya yang meninggal dunia. Alhasil, hak asuh diambil alih sang nenek nenek dibantu Salehuddin, kakak kandung Babur Rahma.

“Bapak kandungnya namanya Hasan, warga Desa Betek Taman, Kecamatan Gading yang juga meninggal dunia, 6 bulan lalu. Dia meninggal dunia setelah pisah dengan adik saya,” ujar Salehuddin.

Semenjak itulah, lanjut Salehuddin, perawatan Dina kian terbengkalai. Dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan, membuat keluarga mati-matian untuk memenuhi kebutuhan Dina, seperti susu, pampers, bubur dan sebagainya.

Sejak lahir, menurutnya Salehuddin, Dina tidak makan nasi seperti bocah kebanyakan. Dina sejatinya sudah memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS), namun tetap hal itu belum cukup karena terkendala kebutuhan keluarga yang kian mendesak.

“Punya kalau kartu sehat, tapi tidak bisa dipakai, karena kami tidak tahu cara mengurusnya. Jadi untuk perawatan Dina, hanya sebatas di bidan desa saja, paling banter di Puskesmas Besuk. Bantuan lainnya dapat, tapi sejak tahun 2022 tidak dapat sama sekali,” tutur Salehuddin.

TAK BERDAYA: Rifka Dina Aulia selalu terbaring di ranjang karena tidak bisa berjalan meski sudah berusia 7 tahun. (foto: Moh. Ahsan Faradies)

Sementara itu, Sekretaris Desa (Sekdes) Sindetlami, Jamaluddin mengatakan, Dina sejatinya sudah menerima bantuan dari program disabilitas, yang disalurkan setiap 3 bulan sekali.

“Satu bulan itu Rp 300 ribu, tapi dicairkan ketika 3 bulan sekali jadi Rp 900 ribu. Untuk tahun 2022 ini, masih belum dapat karena belum genap 3 bulan dan bantuan ini dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur langsung yang diserahkan secara tunai kepada yang bersangkutan,” ungkap Jamal.

Selain bantuan tersebut, lanjut Jamal, Pemerintah Desa (Pemdes) Sindetlami melalui bidan desa, sering memantau dengan datang langsung ke rumahnya. Jamal menjamin, kondisi Dina tetap dalam pengawasan.

“Biasanya kalau dirawat di luar, itu menggunakan kartu KIS-nya. Masih, masih tetap aktif kartunya. Kami dari pihak desa sebenarnya sudah berusaha untuk kesembuhan, tapi tetap kendala utama ada di ekonomi,” tutur Jamal. (*)


Editor : Efendi Muhammad
Publisher : Albafillah

Artikel ini telah dibaca 110 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Tiga Bulan, Pemkot Probolinggo Vaksin 3 Ribu Ekor Sapi

18 April 2025 - 18:40 WIB

Pemkab Jember Luncurkan UHC Prioritas, Seluruh Warga Kini Bisa Berobat Gratis

10 April 2025 - 22:31 WIB

Jaga Tubuh Tetap Bugar, ini Tips Memilih Makanan saat Lebaran

30 Maret 2025 - 14:35 WIB

Tips Sehat Selama Ramadan, ini Cara Menjaga Pola Makan saat Buka Puasa

15 Maret 2025 - 07:23 WIB

Yukh, Penuhi Kebutuhan Cairan Tubuh saat Berpuasa, ini Tipsnya

10 Maret 2025 - 12:05 WIB

Penting! Hindari 7 Makanan dan Minuman ini Agar Tubuhmu Tetap Sehat Selama Berpuasa

9 Maret 2025 - 12:12 WIB

Waspada! Satu Orang Warga Probolinggo Meninggal Dunia Akibat DBD

7 Maret 2025 - 17:55 WIB

Tips Berpuasa di Bulan Ramadhan: Makanan, Olahraga, dan Waktu Tidur yang Tepat

3 Maret 2025 - 08:52 WIB

Program Persalinan Gratis Mulai Dapat Diakses Masyarakat Lumajang

27 Februari 2025 - 18:15 WIB

Trending di Kesehatan