Probolinggo – Di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di sejumlah wilayah terjadi antrean kendaraan yang hendak membeli solar subsidi. Sisi lain, stok solar subsidi di SPBU semakin sulit ditemui.
Menurut seorang pengawas SPBU di Probolinggo, sulitnya solar subsidi ini lantaran setiap SPBU mendapat jatah dari Pertamina.
Salah satu SPBU yang diserbu antrean warga adalah SPBU di Desa Malasan Kulon, Kecamatan Leces. Sejumlah truk dan kendaraan diesel lainnya terlihat memanjang menunggu antrean untuk mendapat solar subsidi.
Menurut pengawas lapangan SPBU Malasan, Edi Saiful, fenomena kelangkaan solar ini karena pihak Pertamina menjatah solar bersubsidi dengan jumlah berbeda-beda setiap SPBU dalam setahun. Sehingga, jatah solar tersebut penjualannya harus di-manage oleh masing-masing SPBU.
“Untuk SPBU Malasan sendiri, jatah yang diberikan oleh Pertamina, perhitungan kami dalam satu hari dapat menjual sekitar 16 ton solar bersubsidi. Jika menjual melebihi jumlah tersebut, dikawatirkan, tidak sampai satu tahun, kami tidak dapat menjual solar bersubsidi,” ujarnya.
Pihak SPBU pun akhirnya memberikan jatah tertentu kepada pembeli. Sopir truk misalnya, hanya dijatah bisa membeli solar subsidi Rp200 ribu (setara 38 liter) dengan harga solar subsidi sebesar Rp5.150 perliter.
Dan untuk mencegah pemilik kendaraan kembali mengisi solar subsidi di SPBU Malasan, maka sebelum membeli, petugas mencatat plat nomor kendaraan. Sehingga nomor HP sopir truk tercatat pada perangkat Electronic Data Capture (EDC).
“Setiap SPBU berbeda-beda penjualanan solar bersubsidinya, ada yang 7 ton 16 ton. Kalau di SPBU Malasan, kami maksimalkan jatah yang diberikan, sehingga, truk yang datang ke SPBU Malasan bisa mendapat solar bersubsidi,” imbuhnya.
Sementara, salah satu sopir truk asal Nguling, Misnalam Hadi (42) mengatakan, sebelum mengisi solar di SPBU Malasan, ia telah berkeliling ke beberapa SPBU. Tetapi semua SPBU yang ia datangi tidak satu pu memiliki stok solar subsidi.
“Saya mengantre solar di SPBU ini sudah sejak pukul 10.00, hingga akhirnya dapat membeli solar subsidi. Saya berharap, solar bersubsidi ini kembali normal agar pemilik truk dapat terus bekerja dan tidak bingung cari solar,” ujarnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: A. Zainullah FT