KOTAANYAR – Sejumlah petani tembakau di Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo sudah mulai panen. Padahal hingga saat ini belum ada satu pun gudang pabrik rokok yang buka atau mulai membeli tembakau dari petani.
Lukman Hakim, petani tembakau di Desa Sambirampak Kidul, Kecamatan Kotaanyar mengatakan, dirinya terpaksa harus panen dini lantaran tanaman tembakaunya mulai diserang penyakit. Sebab, jika tak kunjung dipanen, ia khawatir penyakit yang menyerang tanamannya itu akan menyebar ke semua daun tembakaunya.
“Kena londrak, sehingga daun yang belum waktunya masak itu sudah masak duluan, mau tidak mau harus segera dipanen,” katanya, Rabu (20/7/2022).
Padahal, tanaman tembakaunya itu baru berusia dua bulan. Dalam keadaan normal, tanaman tembakau baru bisa dipanen ketika sudah memasuki usia 3-4 bulan.
“Kemarin lusa yang panen, sekarang sudah dijemur. Kalau tanamnya dulu pertengahan Mei itu,” ungkapnya.
Dengan hal tersebut, ia berharap tembakaunya itu bisa terjual dengan harga mahal. Hal itu demi mengurangi potensi kerugian yang akan dialaminya. Sebab, dengan kerusakan yang dialami tanamannya itu, kini ia tidak bisa lagi melakukan panen hingga empat sampai lima kali.
Selain itu, ia juga berharap gudang untuk segera buka, agar tanaman tembakaunya itu bisa cepat terjual. “Panen pertama biasanya hanya diambil tiga sampai empat daun per pohon. Tapi karena kena penyakit, satu pohon itu bisa sampai tujuh daun,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Asosisasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Probolinggo Mudzakir mengatakan, untuk sementara waktu ia berharap petani tembakau yang sudah panen agar bersabar. Pasalnya, saat ini memang belum ada jadwal gudang mulai melakukan pembelian tembakau petani setempat.
“Jadwalnya gudang itu kan biasanya saban tahun saya kira petani sudah tahu, yakni sekitar pertengahan Agustus. Jadi untuk sementara saran saya ditandon dulu sampai ada tengkulak yang membeli, karena memang belum jadwalnya gudang buka,” paparnya.
Namun, Mudzakir berharap, pihak gudang tahun ini bisa membeli tembakau petani lokal dengan harga yang cukup tinggi. Pasalnya, proses penanaman tembakau pada tahun ini membutuhkan biaya yang lebih daripada tahun-tahun sebelumnya.
“Kalau bisa panenan pertama itu harganya Rp40 ribu per kilogramnya. Biar balik modal dan bisa mendapatkan laba petaninya. Karena tahun ini kan masuk kemarau basah, jadi perawatan tembakau itu harus ekstra dan membutuhkan modal yang juga ekstra, ditambah harga pupuknya yang mahal,” ujarnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Zainul Hasan R.