Lumajang,- Ada fenomena menarik yang terjadi di Desa Ranupane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Di kawasan lereng Gunung Semeru itu, kerap muncul embun es, yang oleh warga setempat disebut embun upas.
Ya, saat ini wilayah Kabupaten Lumajang sedang memasuki musim kemarau. Cuaca dingin yang menyentuh Honggo nol derajat selsius, terutama saat malam hari, membuat warga yang berada dibawah kaki Gunung Semeru kedinginan.
Buntutnya, rerumputan di sekitar Ranupani diselimuti oleh embun es. Tentu saja, embun es ini menjadi pemandangan yang menarik bagi warga dan wisatawan.
Tapi ada waktu-waktu tertentu untuk bisa menyaksikan fenomena embun es. Yaitu pada pagi hari di bulan-bulan Juli-Agustus. Embun es terlihat pada pukul 5.30 sampai 7.00 WIB.
Tak ayal, sekilas wajah Ranupani pagi hari seperti pedesaan di wilayah Pegunungan Alpen, Eropa. Butiran kristal es terpampang jelas menyelimuti tipis rerumputan dan lahan pertanian di dataran dengan ketinggian 2.100 mdpl itu.
“Embun upas ini rutin munculnya setiap pertengahan tahun, biasanya ditandai suhu yang ekstrem,” kata Rifki, warga setempat.
Dengan fenomena embun upas, lanjut Rifki, banyak wisatawan datang untuk melihat langsung miniatur desa ala Eropa itu. “Sejumlah pelancong, terutama kalangan fotografer, datang untuk mengabadikan momen tahunan langka ini,” jelas dia.
Diakui Yongki, salah seorang fotografer asal Surabaya mengaku datang ke Ranupani untuk memotret landskap ditengah fenomena embun upas yang terjadi di kawasan itu.
Yongki menyebutnya, fenomena alam Indonesia perlu sebuah pemotretan dan pengabadian yang tepat. Agar kelak nanti anak cucu, mengetahui kalau di Indonesia juga terjadi fenomena alam eksotis.
“Fenomena ini perlu diabadikan, biar anak cucu kita tahu kalau Indonesia juga punya alam yang eksotik dan gak kalah sama luar negeri,” pungkasnya. (*)
Editor : Efendi Muhammad
Publisher : Zainul Hasan R