Maron,- Afandi Syaiful Haq berhasil selamat dalam tragedi maut di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/10/22) malam. Meski demikian, adiknya Rizki Dwi Yulianto, justru tak tertolong.
Saat ditemui PANTURA7.com, Minggu (2/10/22), pemuda asal Desa Maron Wetan, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo itu pun menceritakan insiden usai laga sepakbola antara Arema Malang versus Persebaya Surabaya itu.
Menurutnya, kericuhan itu pecah bukan karena gesekan antar suporter. Sebab Bonek, suporter Persebaya Surabaya, tidak ada di stadion karena dilarang oleh panitia pelaksana pertandingan dan aparat keamanan.
Praktis di dalam stadion, hanya disesaki oleh Aremania, yang jumlahnya sekitar 40 ribuan suporter. Hingga 2×45 menit pertandingan usai, tidak ada kericuhan yang terjadi di stadion kebanggaan warga Malang itu.
“Saya juga di lokasi saat itu. Arema kalah 2-3 dari Persebaya, setelah waktu pertandingan habis pemain Arema itu mendekati Aremania dan meminta maaf. Kemudian ada suporter yang turun dari tribun dan berpelukan (dengan pemain) saling memaafkan. Itu sudah biasa dilakukan pemain Arema jika kalah saat bertanding,” cerita Afandi.
Kemudian, lanjutnya, setelah ada suporter yang turun menghampiri pemain itu, tidak ad tindakan anarkis yang terjadi. Hanya saja, suporter lain yang berada di tribun ikut turun dan memasuki lapangan.
“Disitulah kemudian aparat tiba-tiba menembakkan gas air mata ke tribun. Padahal saat itu pemain minta maaf sama suporter dan suporter memberi suport kepada pemain,” tegasnya.
Saat itu, dijelaskan Afandi, dirinya berhasil lolos dari pedihnya gas air mata setelah menempelkan es batu ke kedua matanya. Es batu itu ia dapat dari penjual minuman yang berjualan di lokasi kejadian.
“Orang jualan minuman itu kan ada esnya, itu dikasihkan ke saya jadi saya pakai es itu. Setelah itu saya mencari adik saya, keliling stadion tetapi tidak ketemu,” curhatnya.
Kemudian, Afandi menemukan Handphone (HP) milik adiknya yang dipegang suporter lain saat ditelfonnya. “Setelah itu saya nanya ke aparat, evakuasi korban ini dimana? ternyata dievakuasi ke RSUD Kanjuruhan dan rumah sakit terdekat lainnya,” ungkap dia.
Lantas ia bergegas mencari adiknya dan bertemu dengan dua teman rombongan adiknya yang mengalami luka-luka. Mereka lantas bersama-sama mencari Rizky Dwi Yulianto.
“Di rumah sakit pertama di Kanjuruhan, adik saya tidak ada. Kemudian di rumah sakit kedua juga tidak ada. Alhamdulillah adik saya ditemukan di rumah sakit yang ketiga dalam keadaan sudah meninggal,” papar dia.
Sampai saat ini, Senin (3/10/22), ada tiga warga Kabupaten Probolinggo yang meninggal pasca menjadi korban tragedi Kanjuruhan. Ketiga jenazah sudah tiba di rumah duka dan dikebumikan.
Mereka adalah Rizki Dwi Yulianto, warga Desa Maron Wetan, Kecamatan Maron; Abian Hasik Rifqi, warga Desa Kandang Jati, Kecamatan Kraksaan; serta Mohamad Kindi Arumi, warga Desa Besuk Kidul, Kecamatan Besuk. (*)
Editor: Efendi Muhammad
Publisher: Zainullah FT