Kraksaan,- Sejak awal Oktober 2022, cuaca ekstrim melanda sejumlah wilayah di Jawa Timur, tak terkecuali Kabupaten Probolinggo. Salah satu imbasnya, produksi batu bata tersendat.
Salah seorang perajin batu bata, Abdur Rahman (45) mengatakan, akibat cuaca ekstrim yang terjadi sejak awal Oktober 2022 ini, produksi batu bata yang dikelolanya menurun drastis.
“Ya mengurangi hasil produksi. Biasanya saya dibantu istri per hari bisa cetak seribu baru bata. Tapi sekarang hasilnya tidak sampai seribu, paling banyak 600 sampai 700 batu bata per hari,” kata Rahman, Minggu (23/10/22).
Kondisi cuaca yang tidak bersahabat, membuat Rahman terpaksa menaikkan harga jual. Sebab saat ini, proses pengeringan batu bata lebih lama sehingga ongkos produksi pun bertambah.
Jika cuaca cerah, imbuh Rahman, ia membanderol batu bata hasil tangannya dengan harga normal Rp370 ribu per seribu biji. Namun tidak demikian halnya saat ini.
“Lantaran proses produksi saat ini memakan waktu lama, maka harga saya naikkan Rp 390 ribu per seribu biji,” imbuh warga Desa Bulu, Kecamatan Kraksaan ini.
“Sebenarnya mau menaikkan harga itu tidak enak, karena lakunya sulit. Tapi kalau keadaannya seperti ini, kalau saya tidak menaikkan harga ya saya yang kewalahan,” curhatnya.
Keluhan senada diungkapkan perajin batu bata lainnya di Desa / Kecamatan Krejengan, Muhid (50). Ia mengaku saat ini merasa kesulitan untuk mendapatkan pembeli.
“Kalau disini harga tetap normal Rp370 ribu per 1000 biji, takut tidak laku kalau mahal. Yang penting saya dapat pembeli walaupun hasilnya tidak seberapa dan resikonya cukup berbahaya,” ujar dia.
“Sekarang bukan cuma hujan, angin juga besar. Tempat produksi saya kecil seperti ini kalau kena angin ini bisa roboh, otomatis hilang semua batu bata saya ini,” ungkapnya menambahkan. (*)
Editor : Efendi Muhammad
Publisher : Zainullah FT