Lumajang,- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gunung Semeru di Lumajang merekam adanya peningkatan aktivitas Gunung Semeru selama sepekan terakhir.
Gunung tertinggi di Pulau Jawa itu secara visual dan instrumental, terdeteksi alami gempa letusan dan gempa hembusan. Selama periode 17–23 Oktober 2022, terjadi 619 kali letusan.
Bahkan, saat malam hari, dari Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo, yang berjarak tak sampai 5 kilometer, terpantau jelas saat Gunung Semeru memuntahkan lava pijar.
Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, Patria Dwi Hastiadi mengatakan, Gunung Semeru memang memiliki karakteristik fluktuatif. Artinya, sewaktu-waktu aktivitas vulkanik Gunung Semeru bisa turun atau meningkat.
“Kalau kondisi cuaca cerah, kecil maupun besar lava pijar bisa terlihat jelas. Hanya saja, saat kondisi ekstrem seperti ini yang musti diwaspadai saat hujan deras, atau kadang-kadang kabut. Makanya, imbauan sekecil apapun mohon masyarakat memperhatikan,” kata Patria, Kamis (27/10/22).
Menurutnya, dari hasil pengamatan selama ini, telah menunjukkan bahwa ada indikasi suplai lava ke Gunung Semeru lumayan signifikan.
Material itu bisa kapan saja dimuntahkan ke Puncak Jonggring Saloko. Endapan lava ini bisa turun ke lereng jika terkena interaksi hujan deras. Oleh karena itu, PVMBG masih menetapkan status Gunung Semeru siaga level IIl.
“Dalam status siaga Level III masyarakat mohon tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 kilometer dari puncak (pusat erupsi),” pintanya.
Di luar jarak 13 kilometer, tambahnya, masyarakat sebaiknya tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotens terdampak awan panas.
“Meski kondisi Gunung Semeru fluktuatif, tetapi sejauh ini masih terbilang aman,” pungkasnya. (*)
Editor: Efendi Muhammad
Publisher: Zainul Hasan R