Lumajang,- Untuk Menyemarakkan Hari Santri Nasional (HSN) 2022, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang, menggelar lomba ‘ngeliwet’, yakni memasak nasi menggunakan panci diatas tungku tradisional. Lomba nyeleneh ini digelar di depan kantor pemkab setempat, Sabtu (5/11/22) sekitar pukul 22:00 WIB.
Para peserta lomba adalah Forkopimda Kabupaten Lumajang, kantor Kementerian Agama, hingga para kiai muda pengasuh pesantren. Semua peserta lomba tampak antusias meski cuaca menusuk tulang pasca hujan deras mengguyur wilayah Lumajang.
Kepulan asap dari tungku dadakan yang disediakan panitia penyelenggara, membubung membelah langit. Aroma khas nasi liwet pun menyeruak di ruang terbuka belakang gedung bupati tersebut.
Keriuhan semakin menjadi ketika nasi liwet yang dibuat mulai matang. Nasi liwet kemudian dinilai oleh sejumlah juri untuk menentukan sajian rasa terbaik pada lomba kali ini.
Setelah dinilai, nasi liwet kemudian disantap bareng dengan penuh sukacita. Trlihat beberapa diantaranya disantap dengan cara polok’an, yakni nasi dan lauk-pauk ditaruh diatas daun pisang.
Dalam lomba ini, peserta tidak perlu ribet menyiapkan bahan-bahan. Sebab kebutuhan ngeliwet seperti beras, ikan asin, sayur-mayur, penyedap rasa hingga peralatan, sediakan oleh panitia penyelenggara.
Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengatakan, lomba ngeliwet ini merupakan puncak acara perayaan HSN 2022, yang sejatinya dirayakan setiap tanggal 22 Oktober.
“Hari ini puncak rangkaian yang digelar sepekan ini, puncaknya lomba liwet ala santri yang diikuti 28 peserta dari Gawagis pondok pesantren dan juga Forkopimda Lumajang,” kata Thoriq.
Lomba ini, dijelaskan Thoriq, tentu menjadi mengingat masa lalu ketika ia dan sejumlah peserta yang pernah nyantri, sedang menimba ilmu di pondok pesantren.
Menurut Thoriq, di pesantren aeberapa masakan hasil ngeliwet yang nasinya masih kurang matang. Sebagian, justru ada nasi yang dimasak sampai gosong.
“Tapi ya namanya di pesantren, ya tetap dimakan aja,” ujarnya.
“Lomba ini diadakan untuk mengenang waktu menjadi santri. Jadi masa lalu sebagai santri itu sangat menyenangkan dan hari ini kita nikmati lagi setelah adakan lomba ini,” jelasnya.
Ketua Baznas Kabupaten Lumajang Atok Hasan mengatakan, memasak nasi liwet merupakan aktivitas yang biasa dilakukan di pondok pesantren.
Meski sudah lampau, namun ia mengaku masih cukup jago memasak nasi. Bahkan kali ini, ia mempunyai resep tersendiri untuk bisa memenangkan perlombaan.
“Kalau urusan liwet memang sudah biasa dilakukan di pondok, untuk perlombaan kali ini resep khusus kita dipersiapkan,” ujar Atok Hasan.
Setelah nasi liwet yang tersaji disantap, dewan juri pun mengumumkan para pemenang. Selanjutnya, hadiah dibagikan kepada para peserta yang dinilai masakannya terbaik dalam rasa, penyajian dan kecepatan ngeliwet. (*)
Editor: Efendi Muhammad
Publisher: Zainullah FT