Probolinggo – Selepas subuh, Kamelia (29) memulai aktivitas kesehariannya. Mulai dari masak hingga mencuci pakaian.
Selang beberapa jam, ia harus mengantarkan anaknya sekolah di salah satu Taman Kanak-kanak yang tak jauh dari rumahnya.
Warga Dusun Bago, Desa Karangbong, Kecamatan Pajarakan ini, selalu membawa benang rajutan ke sekolah anaknya. Tatkala anaknya berada di dalam kelas, ia pun merajut benang tersebut untuk dijadikan sebuah benda.
Dari rajutannya itu, ia bisa membuat barang seperti tas, sompet, bahkan sepatu.
“Tapi kalau di sekolah, pengerjaannya tidak langsung tuntas, karena pas anak istirahat, saya harus menemani anak dulu,” katanya.
Ia menceritakan, seni merajut ini memang sudah menjadi hobinya sejak masa sekolah. Dan pada 2018 lalu, barang rajutannya dilirik oleh salah seorang kerabatnga untuk dibeli. Hal itulah yang menginspirasinya untuk menekuni hobinya itu menjadi ladang pemasukan.
“Hasilnya itu saya posting di medsos (media sosial, Red.) saya. Dari situlah muncul pesanan-pesanan,” katanya.
Ibu dua anak ini pun mengungkapkan, selama bertahun-tahun ia menekuni seni merajut ini. Pesanan yang ia terima bukan hanya berasal dari daerah Probolinggo.
Justru karyanya itu, lebih laris terjual di luar daerah. Bahkan pesananya juga ada yang berasal dari negara tetangga, Malaysia.
“Sekarang masih ada sebanyak 19 orang yang pesan. Per orangnya itu, ada yang pesan sampai tiga barang,” paparnya.
Ia pun mengakui, dengan pesanan yang ada, ia kekurangan waktu untuk menyelesaikannya dalam waktu singkat. Sebab, dalam menekuni bisnis tersebut, ia juga memiliki kewajiban sebagai ibu rumah tangga.
Selain itu, seni merajut bukanlah sesuatu yang mudah untuk dikerjakan. Dibutuhkan ketelatenan untuk merajut suatu barang. Yang hal ini tentunya akan memakan waktu yang cukup lama.
Untuk ukuran barang kecil, seperti halnya dompet, sehari ia hanya mampu memproduksi satu barang. Namun, jika barangnya cukup besar, seperti halnya tas, setidaknya ia butuh waktu sekitar seminggu.
Namun, jika barangnya sangat besar, contohnya tas ransel, ia pun memerlukan waktu sekitar sebulan untuk merajutnya.
“Waktu yang paling pas untuk merajut itu sebenarnya sore, tapi itu pun terkadang anak nangis, jadi prosesnya terhenti. Makanya prosesnya lumayan lama,” paparnya.
Menyadari waktunya untuk merajut seringkali terkendala. Kini dalam memenuhi penanan barang rajutannya itu, ia dibantu oleh seorang temannya, Siti Zulfana Dewi (25). Sehingga, bisnis yang berangkat dari hobinya ini dapat terus berjalan.
“Alhamdulillah, dari anak saya berusia setengah tahun sampai sekarang usianya sudah 4,5 tahun, pesanan tidak pernah sepi,” ujarnya.
Wanita yang akrab disapa Amel ini pun menjelaskan, dari bisnisnya ini, ia dapat membantu suaminya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
“Untuk omzet tergantung jumlah barang yang terjual, jutaan,” ucapnya.
Sementara itu, Siti Zulfana Dewi mengaku, banyak ilmu merajut yang ia dapat sejak membantu Amel. Bahkan, tak jarang ia sendiri bisa mendapatkan pesanan dari keahliannya merajut itu.
“Teknik dasar merajut itu ada lima, contoh pola rantai dan tusuk tunggal. Beda teknik, beda juga hasilnya,” paparnya.(*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Zainul Hasan R.