Winongan,- Pasangan suami istri (pasutri) asal Dusun Panci’an, Desa Winongan Lor, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, berhasil merubah hobi bermain musik darbuka menjadi bisnis menggiurkan.
Bahkan, produk darbuka buatan pasutri ini telah tembus pasar internasional. Pasutri kreatif ini adalah Akhmad Najidh dan Tutik Mudzakiroh.
Menurut Akhmad Najidh, usaha ini dibuat usai ia menikah dengan sang istri, sekitar tahun 2012 lalu. Segalanya dimulai dari hobinya memainkan musik darbuka sejak masih muda, yang berawal dari partisipasinya bergabung dalam kelompok albanjari.
“Kebetulan saya hobi dan saya punya satu darbuka,” kata Najidh saat ditemui di rumahnya, Sabtu (15/4/2023).
Suatu hari, ia menjual darbukanya kepada salah satu temannya dan berhasil mendapat untung. Hal inilah yang membuatnya berfikir untuk memulai bisnis darbuka bersama si istri.
Ia kemudian mencoba mencari cara untuk membuat alat musik darbuka. “Saya mulai mencari tahu dasarnya untuk membuat darbuka ke salah satu teman saya, ternyata bahannya pakai aluminium,” ujar Najidh.
Bahan baku aluminium banyak ditemukan di Kota Pasuruan, dimana penghasil logam banyak tersedia. Najidh pun kemudian mencari karyawan yang punya basic perajin logam dan mulai memproduksi darbuka di tempat produksi aluminium atau cetakan awal.
“Tempat produksi alumunium darbuka berada di Desa Ketegan, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan,” ungkap dia.
Dalam beberapa tahun, Najidh bisa memperkerjakan beberapa karyawan di wilayah Kecamatan Winongan, yang sebagian besar adalah anak muda sekitar.
Mereka mengerjakan di tempat produksi yang berada di di Jalan Raya Winongan, Dusun Serambi, Desa Winongan Kidul, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan.
Di tempat yang berukuran 10×15 meter itu, mereka memproses alat musik islami itu. Mulai dari pencetakan, membersihkan, proses desain, pengecatan hingga proses finishing pemasangan bagian atas darbuka.
“Setiap hari, puluhan karyawan kami mampu memproduksi 50 pieces darbuka yang siap dijual,” terang Najidh.
Saat ini, bisnis darbuka buatan Najidh dan istri telah berhasil melebarkan sayapnya ke hampir di setiap kota di Indonesia. Mereka punya reseller dan banyak rekan di komunitas darbuka yang membuatnya semakin dikenal.
Bahkan, pesanan darbuka dari luar negeri pun terus berdatangan dari negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, China, Jepang hingga India.
Kesuksesan bisnis ini tak lepas dari ketelatenan dan kerja keras dari Akhmad Najidh dan Tutik Mudzakiroh. Dalam sebulan, usaha mereka mampu meraih omset hingga kurang lebih Rp500 juta.
“Ramainya pesnan itu pada saat bulan maulid dan pasca lebaran. Jadi di bukan puasa ini saya memperbanyak stok untuk dijual habis lebaran,” pungkas dia. (*)
Editor Mohamad S
Publisher: Zainul Hasan R.