Probolinggo – Rabu (11/5/2023) malam, Agus Wijaya (47) mendatangi rumah Shaheh (60) di Dusun Triwungan, Desa Brani Wetan, Kecamatan Maron. Agus bermaksud meminta tolong kepada Shaheh untuk memperbaiki mesin airnya yang rusak, mesin air itu berada di sumur umum di dekat rumahnya.
“Saya minta tolong jika Pak Shaheh bisa, tapi kalau tidak bisa ya tidak usah, tidak apa-apa,” katanya, Kamis (11/5/2023) ketika ditemui di rumahnya usai kejadian.
Saat itu ia sudah menyampaikan kedalaman sumur umum itu. Namun, Shaheh tetap menyanggupinya.
“Saya bilang dalamnya lumayan, sekitar 18-19 meter. Tapi Pak Shaleh bilang ” Terrosaghih jhek paburung, kule pernah masok ka somor se 30 meter. Mangken bhei kuleh ghik buruh deteng masok somor (Teruskan jangan dibatalkan, saya pernah masuk ke sumur yang 30 meter. Sekarang saja saya baru datang masuk sumur, Red.),” ujarnya seraya menirukan perkataan Shaheh.
Keesokan harinya, pada Kamis pagi, Shaheh pun tiba di rumah Agus. Namun ia disambut oleh ibunya Agus, yakni Sapuk. Sebab, saat itu Agus sedang bertani di sawahnya.
Menyadari yang akan memperbaiki mesin airnya sudah berusia cukup tua, Sapuk pun meminta Shaheh agar membatalkan niatnya, dan Sapuk pun akan membayar ganti rugi kepada Shaheh yang sudah datang. Namun tawaran ini ditolak.
“Di kursi ruang tamu ini tadi ngobrol sama saya, saya sudah suruh batalkan saja, saya mau kasih uang, tapi tidak mau,” ucap Sapuk.
Karena tetap ingin turun ke dalam sumur, Agus pun disusul ke sawah dan diminta segera pulang. Setibanya di rumah sekitar pukul 08.30 WIB, Agus kembali meminta agar Shaheh tidak melanjutkan turun ke sumur.
“Terrosaghih pon, kuleh perna toron ka somor nikah pon (Teruskan, saya sudah pernah turun ke sumur ini, Red.),” ungkap Agus yang kembali menirukan perkataan Shaheh.
Alhasil, Agus pun menyiapkan tali tambang agar bisa diikat ke tubuhnya, namun lagi-lagi hal itu ditolak Shaheh. Alasannya, Shaheh tidak bisa bekerja jika harus diikat dengan tali.
“Di atas itu sebenarnya ada saya dan dua tetangga saya yang menyiapkan tali, tapi tidak mau,” paparnya.
Kemudian, Shaheh yang memang bekerja sebagai tukang sumur itu turun ke dalam sumur. Agus pun berkeliling ke rumah-rumah tetangganya untuk memeriksa meteran listrik tetangganya agar dimatikan. Sebab, di dalam sumur itu terdapat sepuluh mesin air miliknya dan milik tetangga-tetangganya.
“Sudah dimatikan semua, pas saya mau balik ke sumur, tiba-tiba ada bunyi byuurr, kemudian dua tetangga saya ini bilang kalau Shaheh jatuh. Saya pun langsung mengambil senter ke rumah dan kembali lagi ke sumur,” ujarnya.
Ia pun menyenter ke dalam sumur, namun Shaheh tak kunjung muncul ke permukaan air. Menyadari Shaheh tenggelam, ia pun bergegas mencari tukang sumur lainnya agar bisa menyelamatkan Shaheh.
“Saya juga langsung laporan ke polsek, tidak lama kejadiannya, tidak sampai setengah jam sudah bisa diangkat, dan sudah meninggal,” terangnya.
Sementara itu, Kapolsek Maron AKP Agus Supriyanto mengatakan, keluarga korban tidak menuntut apa pun terkait kejadian tersebut karena kelalaian berasal dari korban sendiri.
“Pihak keluarga korban tidak menuntut apapun karena kelalaian dari diri korban sendiri yang menolak untuk menggunakan tali pengaman,” ujarnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Zainul Hasan R.