Menu

Mode Gelap
Bupati Lumajang Siapkan 6 Hektar Lahan untuk Lokasi Sekolah Rakyat Libur Panjang, Berikut Tips Memilih Liburan saat Lebaran Baru Saja Surut, Banjir Kembali Rendam Bandaran, Winongan Selisih Sehari dengan Pemerintah, Jamaah Aboge di Leces Shalat Idul Fitri Hari Ini Warga Winongan Rayakan Lebaran di Tengah Sisa Genangan Banjir Kado Lebaran, 507 Warga Binaan Lapas Kelas II Probolinggo Dapat Remisi

Ekonomi · 7 Jun 2023 16:11 WIB

Ketika Batu Akik Tak Banyak Dilirik 


					Muhammad Imam Ahsan duduk di pinggir batu akik yang ia jual. Perbesar

Muhammad Imam Ahsan duduk di pinggir batu akik yang ia jual.

Probolinggo – Batu akik sempat menjadi idola di kalangan warga, bahkan harga batu akik yang dijual hingga mencapai jutaan rupiah. Namun setelah masa kejayaan batu akik, kini banyak pedagang batu akik yang merasakan turunnya omzet penjualannya.

Salah satu sentral penjualan batu akik berada di sepanjang Jalan Panglima Sudirman, antara Pasar Baru hingga Pasar Gotong Royong kini terlihat sepi pembeli. Padahal sejak digemarinya batu akik, sepanjang jalan ini tak pernah sepi pembeli.

Salah satu penjual batu akik yang masih bertahan asal Kelurahan Jrebeng Lor, Kecamatan Kedopok, Muhammad Imam Ahsan (64). Ia mengaku, penjualan batu akik saat ini sepi, tidak seperti beberapa tahun lalu. Jika dulu dalam sehari ia mampu menghasilkan Rp2 juta, hingga Rp3 juta, berjualan batu akik, kini, sehari ia bisa dapat Rp200 ribu hingga Rp500 ribu saja.

“Kalau tiap hari jarang ada yang membeli batu akik, adanya yang membeli emban untuk batu akik, yang dijual dengan harga Rp35 ribu, namun demikian saya tetap bersyukur masih ada pemasukan,” ujarnya, Rabu (7/2023).

Meskipun sepi pembeli, namun Ahsan yang telah berjualan batu akik sejak tahun 1990 ini tetap berjualan akik. Ia memajang jualannya di trotoar jalan mulai dari jenis bacan, pirus, hingga rubi.

Akik yang ia jual bukan ia buat sendiri atau produksi sendiri, melainkan kulak kemudian dijual kembali.

Bapak empat anak ini mengaku, hasil penjualan batu akik di masa kejayaannya telah ia belikan aset, mulai dari tanah hingga barang lain. Sehingga meski saat ini batu akik kurang diminati, namun ia tetap bersyukur meskipun penghasilannya tak sebanyak dulu.

“Untuk jam saya berjualan batu akik mulai pukul 08.00 pagi hingga pukul 12.00 siang. Batu akik yang saya jual tidak saya bawa pulang tapi saya titipkan di toko dekat lokasi saya berjualan. Meskipun penghasilan jauh berbeda, saya tetap bertahan dengan berjualan batu akik untuk kebutuhan sehari-hari,” katanya.(*)

 

 

Editor: Ikhsan Mahnudi

Publisher: Zainul HR.

Artikel ini telah dibaca 19 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kebutuhan Melonjak Menjelang Lebaran, Stok LPG di Jember Dipastikan Aman

30 Maret 2025 - 05:45 WIB

Jelang Lebaran Stok BBM dan LPG di Lumajang Dipertanyakan

26 Maret 2025 - 11:20 WIB

Berdayakan Pedagang Sayur Lokal, Pemkab Jember Luncurkan ‘Mlijo Cinta’

24 Maret 2025 - 21:37 WIB

Menjelang Idul Fitri, Harga Bahan Pokok di Lumajang Naik

23 Maret 2025 - 16:25 WIB

Tersaingi Pasar Online, Pedagang Pakaian di Plaza Lumajang Sepi Pembeli

18 Maret 2025 - 15:50 WIB

Sejarah Panjang Lumajang, dari Petani hingga Bentuk Koperasi Lawan Monopoli Perdagangan Belanda

16 Maret 2025 - 11:11 WIB

Awal Tahun, BPS Sebut Kabupaten Jember Alami Deflasi

12 Maret 2025 - 19:33 WIB

Pekan Kedua Ramadan, Harga Telur Ayam di Lumajang Tembus Rp35 Ribu/Kg

12 Maret 2025 - 16:12 WIB

Bulan Puasa, Pesanan Madu Klanceng Semakin Kenceng

10 Maret 2025 - 13:01 WIB

Trending di Ekonomi