Lumajang,- Pagi itu, Sabtu (10/6/2023) saya bersama teman-teman Jurnalis yang lain jauh-jauh datang dari pusat kota untuk memburu Sunrise Puncak B29, di Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupayen Lumajang.
Suhu dingin pagi itu, terasa menusuk tulang. Dengan berbekal jaket dan sarung, saya beranjak dari res area puncak B29 menuju ke pangkalan ojek.
“Ayo mas naik ojek biar cepat sampainya. Pilih yang mana saja, yang mas suka, biar enak, ayo mas,” kata Ju’aj, penjaga res area sekaligus tukang ojek saat menjemput saya bersama rekan-rekan jurnalis lainnya.
Empat mesin motor pun dinyalakan untuk mengantarkan saya dan rekan-rekan pewarta ke Puncak B29. Waktu terus berlalu, kami yang dalam perjalanan, sesekali berpegangan ke tukang ojek.
Dalam hitungan menit, suasana sunyi Desa Argosari berubah menjadi suara raungan knalpot brong motor para tukang ojek yang meramaikan jalan perbukitan mengantarkan kami.
Hari masih gelap, jalan setapak hanya diterangi oleh lampu motor. Jurang terjal dan perbukitan masih belum terlihat, suasana mencekam ketika sopir ojek mengatakan, kalau yang dilewati saat ini adalah jalannya kecil dan dibawah ini jurang yang teramat dalam.
Raut wajah ketakutan mulai terlihat jelas. Namum, para sopir ojek yang mengantarkan kami tak terlihat ragu sedikit pun. Sebaliknya, mereka menebarkan optimisme.
“Gak usah takut mas, saya sudah hafal banget jalan ini, jadi masnya cukup pegangan saja dan jangan banyak gerak,” pesannya.
Untuk mengejar matahari terbit dari sisi timur, bisa dibilang sebuah momen yang tak bisa ditinggalkan saat berada di kawasan dataran tinggi.
Mengejar momen matahari terbit bisa dibilang salah satu aktivitas yang tak boleh tertinggal saat berlibur khususnya di dataran tinggi, seperti lereng gunung Bromo.
Sekitar pukul 04 20 WIB, saya bersama rekan yang sampai pada jalan makadam yang meliuk-liuk bak perlintasan motoGP. Dalam waktu 20 menit, akhirnya saya tiba di pelataran parkir Puncak B29.
Untuk mendapatkan momen terbaik matahari terbit, perjalanan masih dilanjutkan dengan medan pendakian tanah yang cukup menanjak. Dengan sisa-sisa tenaga yang tersisa, saya terus melakukan pendakian hingga tiba sekitar pukul 04.55 WIB.
Puncak B29 sendiri berbentuk layaknya lapangan bola. Setiap sisi dari puncak B29, menawarkan pemandangan yang tentu tak boleh dilewatkan. Ada Gunung Batok, Bromo, Semeru, Raung, Lemongan, dan Argopuro yang menjadi daya tarik untuk dilihat.
Matahari terbit tepat dari arah Gunung Lemongan, Raung, dan Argopuro. Momen-momen matahari terbit dari Puncak B29 saat itu terlihat sangat sempurna.
Warna biru langit perlahan bercampur dengan jingga dari matahari. Sementara di sisi barat, pancaran sinar rembulan masih terlihat jelas.
Meski demikian, pendaran sinar matahari ke gunung-gunung di arah timur Puncak B29 serasa menyihir mata. Gradasi warna langit berubah cerah, pelan-pelan keindahan lautan pasir Gunung Bromo mulai tersingkap.
“Ayo kita foto buat kenangan, biar pas pulang nanti, ada momen yang nantinya akan mengenang kebersamaan kita,” ajak saya kepada rekan jurnalis yang lain.
Setelah itu, rekan-rekan jurnalis yang langsung rangkap jadi fotografer tak mau ketinggalan momen. Mereka memasang tripod untuk membuat timelapse matahari terbit. Saya memilih berkeliling Puncak B29 dengan bertanya-tanya ke wisatawan yang lain.
Saat itu wisatawan lain juga tampak asyik menikmati momen-momen matahari terbit. Tangan mereka tak lepas dari telepon pintarnya untuk mengabadikan setiap momen di Puncak B29.
Adapula beberapa wisatawan yang memilih menginap di Puncak B29 menggunakan tenda. Wisatawan dari Kediri Hikmah Lestari adalah satu dari puluhan wisatawan yang ada di Puncak B29. Ia datang bersama 7 orang rekannya khusus untuk melihat matahari terbit.
“Asli saya dari Kediri, saya bersama 7 teman saya sejak dulu ingin sekali ke puncak B29. Baru kali ini saya kesini, dan pemandangannya sangat bagus,” kata Hikmah kepada PANTURA7.com.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Budiyanto menyampaikan, sejak 2013 lalu, Puncak B29 memang banyak dipadati pengunjung.
“Kalau dulu nama populernya Puncak Songolikur (sebutan angka 29 dalam bahasa Jawa). Tapi saya ganti saja jadi B29,” terang Budianto saat ditemui di Puncak B29.
B29 sendiri memliki ketinggian 2.900 diatas permukaan laut (mdpl). Sejak 2013, lanjut Budiyanto, pengembangan wisata Puncak B29 dibarengi dengan pembentukan paguyuban ojek.
Dari tukang ojek, imbuh Budiyanto, para pengunjung bisa dengan cepat sampai menuju puncak B29. “Setidaknya ada 76 ojek yang terdaftar di bawah pengelolaan Pokdarwis Desa Argosari,” pungkasnya. (*)
Editor: Mohamad S
Publisher: Zainul Hasan R