Pasuruan,- Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansah menyebut jumlah stunting di Jawa Timur masih berada di bawah standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 19,2 persen. Angka itu lebih rendah dari rata-rata nasional yang mencapai 21,6 persen.
Hal itu diungkapkan Khofifah saat menghadiri Hari Keluarga Nasional (Harganas) tahun 2023 yang diselenggarakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur di Gor Untung Suropati Kota Pasuruan, Jum’at (28/7/2023) malam.
“Standar WHO jangan sampai di atas 20 persen. Sementara untuk target nasional di tahun depan ditetapkan di angka 14 persen. Sekarang, angka nasional masih berada di 21,6 persen,” kata Khofifah.
Khofifah mengungkapkan bahwa ada beberapa permasalahan substantif yang hingga saat ini belum dapat diselesaikan sepenuhnya. Yakni data Evaluasi Pencapaian Program Gizi Masyarakat (EPPGM)dan data Standar Stunting Gizi Indonesia (SSGI).
Berdasarkan data dari Evaluasi Pencapaian Program Gizi Masyarakat (EPPGM) atau bulan timbang per 30 Juni, Jawa Timur masih mencatatkan angka stunting sebesar 7,3 persen. Data SSGI, bakal turun pertengahan Agustus ini.
“Jadi kalau kita koordinasi dengan bupati dan walikota ya pasti bilang ini lo bulan timbang kami sekian,” papar Khofifah.
Menurutnya, dua mekanisme ini harus dipertemukan. Sebab, kalau tidak begitu datanya akan berseling-seling. Misalkan SSGI bilang 19,2 persen, sedangkan per bukan juni sesuai bulan timbang, berdasarkan EPPGN 7,2 persen, tetapi yang dirilis SSGI.
“Ini tidak ketemu, walaupun bupati wali kota bilang EPPGN kita itu 7,2 persen tetapi yang dipakai SSGI. Itu soal stunting,” ujar Khofifah.
Khofifah menekankan pentingnya partisipasi seluruh elemen masyarakat dalam penanggulangan stunting. Ia mengajak masyarakat untuk menjadi bapak asuh anak yang terindikasi stunting dengan memberikan nutrisi yang cukup bagi anak-anak.
Ia memberikan contoh sederhana, seperti memberikan satu butir telur setiap hari, sehingga dalam 30 hari akan terpenuhi 30 butir telur. Selain itu, pemberian makanan bernutrisi seperti satu kilogram telur dengan biaya sekitar Rp30 ribu per bulan juga dapat membantu mencegah stunting
“Saya harus menyebut terindikasi stunting, karena belum tentu berat timbang itu kan dilihat dari panjang badannya. Orang pendek belum tentu stunting, maka saya sebut terindikasi stanting. Kalau stunting pasti pendek, ornag pendek belum tentu stunting karena ada kecerdasan di dalamnya,” pungkasya. (*)
Editor: Mohamad S
Publisher: Zainul Hasan R