Probolinggo – Virus leptospirosis masih menjadi ancaman di Kabupaten Probolinggo. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo mencatat, sepanjang tahun ini sudah ada 24 kasus dari virus yang menyebar melalui air seni hewan terinfeksi tersebut.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Dewi Vironica mengatakan, dari 24 kasus tersebut, empat di antaranya meninggal dunia.
“Untuk kasus di bulan ini ada dua, di Gending dan Banyuanyar. Sedangkan yang meninggal ada empat dari 24 kasus,” katanya, Kamis (10/8/2023).
Dokter Dewi menjelaskan, penyebaran virus leptospirosis dapat melalui urine tikus yang terinfeksi bakteri leptospira. Manusia yang berkontak langsung dengan urine tikus tersebut dapat terinfeksi leptospirosis.
“Kontak langsung bisa melalui kulit yang luka, darah. Penularan tidak langsung bisa melalui genangan air, sungai, selokan, ataupun lumpur yang tercemar urine hewan yang sudah terinfeksi,” terangnya.
Ia melanjutkan, untuk warga yang terkena virus leptospirosis biasanya akan mengalami nyeri otot (terutama betis), badan terasa lemah, batuk, ruam kulit, dan mata kuning.
“Jika ada gejala-gejala, baiknya segera memeriksakan diri,” ujarnya.
Ia pun berharap, masyarakat dapat menjaga kebersihan lingkungan. Sebab, dengan kondisi lingkungan yang bersih, penyebaran virus tersebut dapat dicegah.
” Perlu ada pengendalian faktor risiko leptospirosis. Perlu adanya penguatan peran serta masyarakat melalui upaya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Red.), itu untuk pencegahannya. Dan lagi, warga yang terjangkit, perlu penanganan perawatan di Rumah sakit,” paparnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publiaher: Zainul Hasan R.