Probolinggo – Sejak beberapa hari yang lalu, wilayah Jawa Timur secara bergantian mengalami fenomena hari tanpa bayangan. Fenomena ini terjadi karena antara bumi dan matahari memiliki jarak yang paling dekat.
Berdasarkan rilis instagram Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika @infobmkgjuanda bahwa fenomena hari tanpa bayangan ini juga dikenal dengan hari kulminasi utama. Definisi kulminasi ini yakni fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit, atau matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau titik zenit.
Penyebab terjadinya kulminasi utama ini yakni bidang ekuator bumi atau bidang rotasi tidak tepat berhimpit dengan bidang revolusi bumi, sehingga tiap tahun posisi Matahari dan Bumi akan terus berubah sepanjang tahun antara 23,50 LU s.d 23.50 LS.
Peristiwa kulminasi atau hari tanpa bayangan di wilayah Indonesia ini setidaknya terjadi dua kali dalam setahun.
“Jadi untuk fenomena hari tanpa bayangan yang terjadi di Probolinggo terjadi pukul 11.13 WIB,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kota Probolinggo, Sugito Prasetyo.
Fenomena hari tanpa bayangan ini terjadi bergantian di seluruh kota dan kabupaten yang ada di Jawa Timur sejak Rabu (11/10/23) dan berlangsung hingga Sabtu (14/10/23). Dan untuk hari ini, selain Probolinggo juga terdapat tujuh kota/ kabupaten lain di antaranya, Pasuruan, Madiun hingga Kediri.
Efek fenomena hari tanpa bayangan ini mengakibatkan bayangan benda tegak akan terlihat menghilang sekitar 30 detik sebelum dan sesudah waktu puncak di masing-masing wilayah.
Selain itu, fenomena ini juga mengakibatkan matahari memiliki jarak paling dekat dengan bumi. Sehingga wilayah tropis di sekitar khatulistiwa mendapat penyinaran matahari yang maksimal.
“Efek lain akibat hari tanpa bayangan ini yakni kenaikan suhu udara meski tidak terlalu signifikan dengan suhu 32 hingga 36 derajat Celcius,” imbuhnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Zainul Hasan R.