Menu

Mode Gelap
Debat Publik Terakhir Acuan Masyarakat Pilih Pemimpin Sebanyak 200 KK dan 1.000 Jiwa di Rowokangkung, Lumajang Dilanda Banjir Pembebasan Sanksi Administrasi di Lumajang Berakhir 31 Desember 2024 Adanya Jalan Tambang di Lumajang Diharapkan Bisa Tingkatkan PAD Libatkan 200 Warga, KPU Gelar Simulasi Pencoblosan Eksekutif – DPRD Kabupaten Probolinggo Sepakati APBD 2025

Lingkungan · 13 Okt 2023 13:50 WIB

Jarak Terdekat Bumi-Matahari: Hari Tanpa Bayangan di Probolinggo


					Jarak Terdekat Bumi-Matahari: Hari Tanpa Bayangan di Probolinggo Perbesar

Probolinggo – Sejak beberapa hari yang lalu, wilayah Jawa Timur secara bergantian mengalami fenomena hari tanpa bayangan. Fenomena ini terjadi karena antara bumi dan matahari memiliki jarak yang paling dekat.

Berdasarkan rilis instagram Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika @infobmkgjuanda bahwa fenomena hari tanpa bayangan ini juga dikenal dengan hari kulminasi utama. Definisi kulminasi ini yakni fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit, atau matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau titik zenit.

Penyebab terjadinya kulminasi utama ini yakni bidang ekuator bumi atau bidang rotasi tidak tepat berhimpit dengan bidang revolusi bumi, sehingga tiap tahun posisi Matahari dan Bumi akan terus berubah sepanjang tahun antara 23,50 LU s.d 23.50 LS.

Peristiwa kulminasi atau hari tanpa bayangan di wilayah Indonesia ini setidaknya terjadi dua kali dalam setahun.

“Jadi untuk fenomena hari tanpa bayangan yang terjadi di Probolinggo terjadi pukul 11.13 WIB,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kota Probolinggo, Sugito Prasetyo.

Fenomena hari tanpa bayangan ini terjadi bergantian di seluruh kota dan kabupaten yang ada di Jawa Timur sejak Rabu (11/10/23) dan berlangsung hingga Sabtu (14/10/23). Dan untuk hari ini, selain Probolinggo juga terdapat tujuh kota/ kabupaten lain di antaranya, Pasuruan, Madiun hingga Kediri.

Efek fenomena hari tanpa bayangan ini mengakibatkan bayangan benda tegak akan terlihat menghilang sekitar 30 detik sebelum dan sesudah waktu puncak di masing-masing wilayah.

Selain itu, fenomena ini juga mengakibatkan matahari memiliki jarak paling dekat dengan bumi. Sehingga wilayah tropis di sekitar khatulistiwa mendapat penyinaran matahari yang maksimal.

“Efek lain akibat hari tanpa bayangan ini yakni kenaikan suhu udara meski tidak terlalu signifikan dengan suhu 32 hingga 36 derajat Celcius,” imbuhnya. (*)

Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Zainul Hasan R.

Artikel ini telah dibaca 10 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Adanya Jalan Tambang di Lumajang Diharapkan Bisa Tingkatkan PAD

22 November 2024 - 14:22 WIB

Musim Hujan, Pemkot Probolinggo Antisipasi Bencana Hidrometeorologi

21 November 2024 - 14:13 WIB

Melanggar Aturan, DLH Kabupaten Pasuruan Tutup Saluran Limbah Dua Perusahaan

20 November 2024 - 19:17 WIB

BPBD Lumajang Imbau Masyarakat Waspadai Aktivitas Gunung Semeru

20 November 2024 - 15:54 WIB

Gunung Semeru Luncurkan Abu Vulkanik Setinggi 900 Meter di Atas Puncak

20 November 2024 - 13:34 WIB

Antisipasi Gangguan, KAI Normalisasi Drainase hingga Siapkan Alat Berat

19 November 2024 - 14:41 WIB

Belum Lengkapi Izin, Komisi 3 DPRD Kota Probolinggo Rekomendasikan Supermarket Baru Ditutup

18 November 2024 - 18:14 WIB

BMKG Imbau Masyarakat Lumajang Tingkatkan Kewaspadaan

18 November 2024 - 09:43 WIB

Musim Hujan, Sembilan Kecamatan di Kabupaten Pasuruan Masuk Zona Rawan Banjir

16 November 2024 - 20:13 WIB

Trending di Lingkungan