Probolinggo – Angka gangguan pertumbuhan anak (stunting) di Kota Probolinggo tahun 2023 naik dibandingkan tahun 2022. Meski naik, angka stunting di Kota Probolinggo masih di bawah angka nasional. Dinkes dan P2KB Kota Probolinggo pun terus berupaya menurunkan angka stunting.
Nutrisiator Dinas Kesehatan dan P2KB Kota Probolinggo, Tunik Agustina mengatakan, pada tahun 2023 ini angka stunting di Kota Probolinggo (hingga awal Oktober) mencapai 12,8 persen. Angka tersebut naik 0,5 persen dari tahun 2022 yang mencapai 12,3 persen.
Faktor yang memengaruhi stunting ini di antaranya, saat remaja ibu bayi salah satunya mengalami anemia, kemudian saat ibu bayi hamil kekurangan gizi, atau Kurang Energi Kronis (KEK), dan saat bayi lahir tidak mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.
“Selain itu faktor lain yakni, pemberian makan pada bayi dan anak yang salah, yang mana pada usia 0 hingga 2 bulan sudah diberi makan yang kurang gizi, dan juga faktor sanitasi yang kurang bersih,” ujarnya.
Dari total bayi di lima kecamatan di Kota Probolinggo yang diperiksa dan ditimbang, angka stunting tertinggi terdapat di Kecamatan Kanigaran yang mencapai 21,11 persen. Diikuti Kecamatan Mayangan 13,75 persen, kemudian Kecamatan Kedopok 13,11 persen, Kecamatan Kademangan 8,41, dan terakhir Kecamatan Wonoasih 5,95 persen.
Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan dan P2KB yakni, sosialisasi dan edukasi pemberian makanan bergizi, kemudian kelas hamil dengan memberikan edukasi pengetahuan perawatan selama hamil, serta makan makanan bergizi.
“Selain itu, sosialisasi dan edukasi juga kita lakukan langsung ke sasaran atau melalui tokoh-tokoh masyarakat atau PKK karena perannya juga dapat memberikan edukasi,” imbuhnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Zainul Hasan R.