Pasuruan,- Musim kemarau yang terus berkepanjangan, berdampak pada budidaya tanaman hias. Seperti tanaman anggrek di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan, yang bibitnya banyak mati akibat suhu panas.
Petani anggrek di Desa Sadengrejo, Kecamatan Rejoso, Hudan Dardiri mengungkapkan, ribuan bibit anggrek di tiga greenhouse milik BUMDes Sadengrejo mengalami kerusakan serius. Daun anggrek mengering, batangnya layu akibat panas yang tak kunjung reda.
“Ini sudah terjadi mulai bulan Juli kemarin. Jika ditotal mungkin sudah ada seribuan anggrek yang masih dibotol-botol kecil itu mati,” ujar Hudan, Minggu (12/11/23)..
Kerugian yang dialami Hudan tak hanya sebatas pada kehilangan tanaman, namun juga secara finansial. Satu botol kecil bibit anggrek biasanya dijual seharga Rp50 ribu.
Dengan jumlah bibit anggrek yang mati mencapai ribuan, Hudan menghitung kerugiann yang ia alami hingga mencapai Rp 50 juta selama empat bulan terakhir.
“Sebelum kemarau, kami mampu mengirim 3000 hingga 4000 botol bibit anggrek kecil. Namun, sekarang jumlah pengirimannya turun drastis hingga 75 persen,” ujar Hudan.
Hudan mengungkapkan bahwa kondisi ini juga berdampak pada infrastruktur pendukung budidaya, seperti paranet atau jaring pelindung panas yang rusak akibat terik matahari.
Dalam upaya mengatasi dampak buruk kemarau, Hudan berharap ada bantuan dari pemerintah, terutama terkait penyediaan paranet untuk melindungi tanaman dari sinar matahari langsung.
“Kena panas, paranetnya banyak yang rusak meleleh. Kita butuh paranet itu agar tanaman anggrek tidak terpapar langsung oleh matahari. Sementara ini saya berusaha nambah dari segi penyiraman air agar tanaman tidak terlalu kering,” beber dia. (*)
Editor: Mohamad S
Publisher: Moch. Rochim