Probolinggo,- Puluhan umat Tionghoa di Probolinggo pada Jumat malam (10/02/24) melaksanakan perayaan malam Tahun Baru Imlek 2575 di Klenteng Tri Dharma Sumber Naga.
Bertepatan dengan Imlek tahun ini, umat Tionghoa berharap pemilu yang dilaksanakan tahun ini beejalan damai dan lancar.
Tepat pukul 23.00 WIB, puluhan umat Tionghoa memulai ritual sembahyang malam tahun baru Imlek di Klenteng Tri Dharma. Sembahyang ini dilakukan dengan menghadap empat penjuru mata angin.
Ritual sembahyang ini diawali di altar utama klenteng yang terdapat dewa tuan rumah, Kongco Tan Hu Cin Jin.
Ketua Klenteng Tri Dharma Sumber Naga, Adi Susanto Saputro mengatakan, perayaan Imlek tahun ini di klenteng dilaksanakan sederhana.
Tidak seperti tahun sebelumnya yang diwarnai atraksi barongsai. Tahun ini hanya pertunjukan wayang Potehi yang dimulai pukul 20.00 WIB.
“Sama seperti perayaan Imlek tahun sebelumnya umat Tionghoa melaksanakan ritual sembahyang yang dimulai pukul 23.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB,” ujar Adi.
Adi mengungkapkan, wayang Potehi yang digelar sebelum acara ritual sembahyang, merupakan tradisi Klenteng Tri Dharma Sumber Naga saat menyambut perayaan malam Tahun Baru Imlek.
Selain sebagai tradisi, wayang Potehi ini juga sebagai hiburan warga yang datang ke klenteng, karena Klenteng Tri Dharma Sumber Naga sendiri tidak membedakan suku, agama dan budaya, sehingga saat perayaan imlek, siapapun bisa datang.
“Perayaan Imlek tahun ini yang bertepatan dengan pemilu, saya berharap pemilu tahun ini dapat berjalan dengan aman dan lancar,” imbuhnya.
Hal senada disampaikan salah satu jemaat Klenteng Tri Dharma Sumber Naga, Anang Sugianto. Pada ritual sembahyang imlek tahun ini ia berdoa agar senantiasa mendapat lindungan, alam juga bersahabat, serta kondisi pemilu dapat berjalan aman, lancar, dan damai.
“Tadi saya berdoa agar tidak ada bencana, hasil cocok tanam petani baik, melimpah sehingga tidak ada kelaparan, dan yang terpenting, siapun presidennya, semoga dapat membawa Indonesia lebih maju,” ujarnya.
Ritual sembahyang Tahun Baru Imlek ditutup dengan pesta kembang api yang berdurasi sekitar 20 menit, yang menghibur baik umat Tionghoa maupun warga yang datang. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Moch. Rochim