Probolinggo,- Warga Desa Kregenan, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, mengancam akan kembali menggeruduk rumah SN (50), hari ini, Senin (19/2/24). Pasalnya, warga masih emosi dengan tindakan asusila yang dilakukan SN.
Salah seorang warga desa setempat, Amir (49) mengatakan, atas perbuatannya, warga kini menolak SN untuk tetap tinggal di desanya. Oleh karena itu, warga akan menggelar demonstrasi.
Sebab, SN dinilai sudah mencoreng nama baik desa dan adat-istiadatnya. Apalagi SN selama ini dikenal sebagai guru ngaji yang seharusnya menjadi contoh yang baik bagi santri dan masyarakat pada umumnya.
“Yayasan pendidikan justru digunakan untuk berbuat asusila. Hal ini tentu sangat dikecewakan warga. Ditambah lagi, dia (SN, red) bukan warga asli sini,” kata Amir.
Ia menyebut, selama ini SN dinilai memiliki banyak masalah. Selain tidak pernah berbaur dengan masyarakat, SN juga dikenal arogan. Tak jarang, santri-santrinya kerap menjadi korban pemukulan.
“Terkait pemukulan, sudah pernah ada yang dilaporkan ke Polres Probolinggo. Dia orangnya tidak berbaur dengan masyarakat. Bahkan, ada orang meninggal tidak ngelayat,” ujarnya.
Amir juga menyebut, SN melakukan perlakuan bejatnya itu di sekitar lokasi sakral. Di daerah tersebut, terdapat petilasan Syekh Maulana Ishak, dimana masyarakat mengenalnya sebagai petilasan Santaana.
“Lokasinya kan di sekitar tempat sakral. Bagaimana masyarakat tidak marah kalau ada perbuatan tidak bermoral, apalagi yang melakukan orang pendatang,” ujar dia.
Ia menambahkan, jika SN dan keluarganya tidak segera angkat kaki dari desanya, maka warga akan memblokade akses jalan menuju rumahnya.
“Akses menuju rumahnya itu bukan tanah pribadi. Namun wilayah petilasan. Jadi kalau dia dan keluarganya masih menempati yayasan itu, maka akses akan ditutup warga,” ucap Amir.
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Kregenan, Abdur Rahman, mengatakan, sejumlah warga memang berencana melakukan demonstrasi terkait kasus SN.
Masyarakat menurut Rahman, sangat marah. Sebab selama ini SN yang dikenal sebagai guru ngaji, justru tega menghamili santrinya sendiri.
“Kami mencoba meredam, agar kondusif dan kemanan desa tetap terjaga,” janji dia. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Moch. Rochim