Menu

Mode Gelap
Memasuki Masa Tenang, Bawaslu Lumajang Maraton Bersihkan APK Paslon Dua Sekawan Spesialis Pembobolan Rumah Digulung Polisi Hari Tenang, Bawaslu Kota Probolinggo Sapu Bersih APK Paslon Jadi Langganan Banjir, Pemkab Lumajang Segera Normalisasi Sungai Banter Eksotika Pantai Karanganom, Destinasi Wisata Baru di Kabupaten Probolinggo KPU Pasuruan Tetapkan DPTb, Bangil Catat Pemilih Masuk Tertinggi, Grati Dominasi Pemilih Keluar

Pemerintahan · 18 Apr 2024 19:23 WIB

Berusia Hampir 3 Abad, Begini Sejarah Berdirinya Kabupaten Probolinggo


					UPACARA HARJAKAPRO: Umil Sulistyoningsih saat membacakan sejarah berdirinya Kabupaten Probolinggo dalam Upacara Harjakapro ke 278. (foto: Ali Ya'lu). Perbesar

UPACARA HARJAKAPRO: Umil Sulistyoningsih saat membacakan sejarah berdirinya Kabupaten Probolinggo dalam Upacara Harjakapro ke 278. (foto: Ali Ya'lu).

Probolinggo,- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo, menggelar upacara Hari Jadi Kabupaten Probolinggo (Harjakapro) ke-278, Kamis (18/4/24) pagi. Dalam kesempatan tersebut, sejarah singkat berdirinya Kabupaten Probolinggo disampaikan kepada seluruh peserta yang hadir.

Sejarah singkat Kabupaten Probolinggo ini dibacakan oleh Sekretaris Komisi III DPRD Kabupaten Probolinggo, Umil Sulistyoningsih, berdasarkan Buku Sejarah Singkat Kabupaten Probolinggo karya Ibnu Said tahun 1973.

Umil menjelaskan, cikal bakal berdirinya Kabupaten Probolinggo sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Pada zaman Kerajaan Majapahit, wilayah Kabupaten Probolinggo dulunya dikenal dengan nama Banger.

Mpu Prapanca Sang Pujangga Majapahit dalam Pupuh 34 Negarakretagama menuliskan kalimat seperti ini ‘Agak lama Prabu Hayam Wuruk berhenti seraya beristirahat mengunjungi para penduduk segenap desa, kemudian menuju Sungai Gawe, Sumanding, Borang, Banger, Bremi lurus ke barat.’

Selanjutnya, pada Kamis Pahing tanggal 4 September 1359 Prabu Hayam Wuruk memerintahkan rakyat Banger agar memperluas Banger dengan membuka hutan yang ada di sekitarnya.

Daerah itu selanjutnya dijadikan pusat pemerintahan Banger, yang kemudian mengalami perkembangan pesat seiring perkembangan zaman.

Pada tahun 1404 daerah Banger pernah menjadi kancah perang saudara dalam upaya perebutan kekuasaan antara Bre Wirabumi, Raja Blambangan yang tak lain merupakan putra Hayam Wuruk dari seorang selir, dengan Prabu Wikramardhana Raja Majapahit.

Perang ini dikenal dengan sebutan Perang Paregreg. Memasuki zaman Kerajaan Mataram, pada tahun 1742 ibukota Kerajaan Mataram, Kartasura berhasil dikuasai pemberontak.

Saat itu, Susuhunan Pakubuwono II (Raja Mataram pada saat itu) berada dalam pengasingan kolonial Belanda.

Namun setahun kemudian, dengan bantuan VOC ibukota Kartasura berhasil direbut kembali dari tangan pemberontak.

Namun, imbalan yang sangat besar harus diberikan oleh Pakubuwono II kepada VOC atas bantuannya tersebut.

VOC akhirnya menguasai Cirebon Priangan separo Madura bagian timur dan seluruh daerah Utara pantai Jawa salah satunya termasuk Banger.

Berikutnya, pada 18 April 1746, VOC mengangkat Kyai Djojolelono sebagai Bupati Banger pertama dengan gelar Tumenggung, yang pusat pemerintahannya di Kebonsari Kulon (sekarang merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo).

Di kemudian hari, momentum inilah yang menjadi dasar penetapan Hari Jadi Kabupaten Probolinggo. Bupati Djojolelono tercatat memerintah selama 22 tahun yang kemudian digantikan Djojonegoro sebagai Bupati Banger kedua pada tahun 1768.

Pada masa Bupati Djojonegoro inilah, tepatnya pada tahun 1770 nama Banger diganti menjadi Probolinggo yang berarti sinar yang terang atau cahaya yang memancar.

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, tepatnya pada 25 Mei 1928 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Staatsblad (merupakan lembaran kertas yang berisi aneka peraturan resmi dari pemerintah yang mempunyai tahun penerbitan dan nomor urut) 1928 Nomor 145 tentang Reformasi Administrasi Pemerintahan di Jawa Timur.

Isi pokok dari Staatsblad ini di antaranya pemisahan Kabupaten Probolinggo dengan Kabupaten Kraksaan.

Kabupaten Probolinggo meliputi distrik Probolinggo, Tongas Dringu, dan Tengger. Sedangkan Kabupaten Kraksan meliputi distrik Kraksaan, Paiton, Gending, dan Gading.

Namun, tepat 1 Januari 1935 Masehi, Pemerintah Hindia Belanda membubarkan Kabupaten Kraksaan melalui Staatsblad Nomor 708 Tahun 1934 dan wilayahnya kembali masuk dalam wilayah Kabupaten Probolinggo.

Selanjutnya, pada zaman Republik Indonesia sudah berdiri, pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Jawa Timur, regulasi ini mengesahkan berdirinya Pemerintah Kabupaten Probolinggo dan Pemerintah Kota Probolinggo.

Pada tahun 1950 Walikota Gatot memimpin Kota Probolinggo. Sedangkan Kabupaten Probolinggo dipimpin Bupati M. Subandhi Hadinoto.

“Semoga sejarah ini dapat melengkapi dan menghadirkan kembali energi historis pada upacara peringatan Hari Jadi Kabupaten Probolinggo,” terang Umil. (*)

 

 

Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Moch. Rochim

Artikel ini telah dibaca 77 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Jadi Langganan Banjir, Pemkab Lumajang Segera Normalisasi Sungai Banter

24 November 2024 - 12:19 WIB

Pemkot Probolinggo Sidak Kios, Stok Pupuk Aman

23 November 2024 - 15:44 WIB

Pembebasan Sanksi Administrasi di Lumajang Berakhir 31 Desember 2024

22 November 2024 - 14:36 WIB

Eksekutif – DPRD Kabupaten Probolinggo Sepakati APBD 2025

21 November 2024 - 18:43 WIB

Tahun 2025, PAD Lumajang Ditargetkan Sebesar Rp422,3 Miliar

18 November 2024 - 15:49 WIB

Lumajang Programkan Makan Gratis Bergizi

18 November 2024 - 09:27 WIB

Perda Madin Ditolak Kemenkum, DPRD Lanjutkan dengan Penyelenggaraan Fasilitas Pesantren

14 November 2024 - 16:58 WIB

Soal Keterbukaan Informasi Publik, Pemkab Lumajang Dituntut Responsif terhadap Aspirasi Masyarakat

14 November 2024 - 16:34 WIB

Tingkat Kerawanan Pilkada Merah, Pemkab Lumajang Raker dan RDP di DPR/MPR RI

14 November 2024 - 08:53 WIB

Trending di Pemerintahan