Probolinggo,- Adanya rumah produksi ayam potong di Desa/Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, dikeluhkan oleh masyarakat setempat. Pasalnya, lokasinya sangat berdekatan dengan pemukiman masyarakat.
Suhardi Ketua RT/RW 01/01 desa setempat mengatakan, sejak awal masyarakat sudah tidak sepakat dengan rencana didirikannya rumah produksi ayam potong. Namun, si pemilik masih tetap mendirikannya.
“Baunya itu sudah seperti bangkai, RT sini saja ada sekitar 200 warga yang terdampak,” kata Suhardi, Jumat (26/4/24).
Ia pun mengatakan, upaya mediasi sudah sempat ditempuh oleh warga dengan pemilik rumah produksi ayam potong itu. Namun, kesepakatan yang dicapai, diingkari oleh pemilik rumah produksi ayam potong tersebut.
“Kesepakatannya kalau sudah panen ayamnya, tidak mau produksi lagi. Tapi ini malah produksi lagi. Makanya warga gerah dan rencananya mau demo,” ucapnya.
Hal ini pun mendapat respon dari Penjabat (Pj) Bupati Probolinggo, Ugas Irwanto. Jumat sore, ia mendatangi lokasi rumah produksi potong hewan tersebut, bertemu pemilik dan warga setempat.
“Ini ada keluhan dari warga. Setelah dicek, ternyata rumah produksi ayam ini belum berizin,” ia menambahkan.
Ugas berupaya mengambil jalan tengah dari persoalan tersebut. Sebab, di rumah produksi ayam tersebut, masih terdapat bibit-bibit ayam yang masih berusia sekitar lima hari, dan masih membutuhkan waktu sekitar 30 hari untuk panen.
“Saya kasih kesempatan, karena ini masih ada ayamnya, selesaikan sampai panen. Tapi ketika sudah panen sekitar 30 hari ke depan, tidak boleh produksi lagi sampai izinnya kelar, termasuk izin dari warga. Kalau ini tidak diurus tapi tetap produksi, maka akan kami tutup permanen,” ujar Ugas
Sementara itu, pemilik rumah produksi ayam potong tersebut, Fauzi mengatakan, dirinya sudah mengeluarkan sekitar Rp 550 juta untuk membangun rumah produksi ayam potong tersebut.
Ia mengaku akan mengalami kerugian jika terpaksa harus menutup rumah produksi ayam potongnya itu.
“Mulai produksi baru sekitar tiga bulan. Tapi saya patuh terhadap kebijakan pemerintah. Kalau mau ditutup, ya ditutup,” ujarnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Moch. Rochim