Lumajang,- Pura Mandhara Giri Semeru Agung di Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang menjadi simbol kerukunan antar umat beragama.
Puraj dibawah Gunung Semeru itu, juga memiliki nilai historis tinggi. Konon sejak dahulu kala, Pura Mandhara Giri Semeru Agung merupakan sebagai salah satu tempat sakral yang diagungkan oleh kerajaan Hindu Bali.
Bahkan Pura Mandara Giri Semeru Agung ditetapkan sebagai Pura Kahyangan Jagat, tempat memuja Hyang Widhi Wasa bagi seluruh umat Hindu di Indonesia.
Sayangnya, meski menjadi simbol pluralisme dengan nilai historis yang kuat, pura ini ini justru terancam tak terurus. Sebab tingginya biaya perawatan membuat pengurus pura kewalahan.
Selama ini, biaya perawatan tempat ibadah itu hanya mengandalkan sumbangan dari jemaah yang halal dan tidak mengikat. Sementara dana segar dari pemerintah daerah setempat, tak setetes pun dirasakan.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPRD Lumajang, Bukasan menyebut sejauh ini pihaknya belum pernah mendengar dan membaca dari Rencana Kerja Anggaran (RKA) dari Pemerintah Daerah yang fokus untuk menyelesaikan atau membantu wisata religi.
“Kami berpikir, kalau ada pengelola Pura Mandara Giri Semeru Agung misalkan punya anggaran internal yang digunakan untuk biaya perawatan dan pengelolaan disana, maka kita sangat mengapresiasi dan berterimakasih banyak kepada pengelola pura,” kata Bukasan.
“Namun demikian pemerintah daerah mestinya jangan menutup mata,” imbuh dia melalui sambungan telepon, Minggu (30/6/24).
Sejauh ini, Pemkab Lumajang tidak menggelontorkan anggaran untuk wisata religi. Alasannya, karena selama ini wisata religi hanya dikelola secara mandiri oleh warga sehingga tidak ada pos untuk alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
“Harusnya tidak seperti itu, harus ada perhatian juga, disetiap area wisata religi yang bisa mendatangkan orang banyak, kalau di pura itu sudah otomatis, tanpa harus promosi, umat hindu pasti datang, tidak hanya dari Lumajang, juga dari luar kabupaten Lumajang juga akan datang. Ini harus mendapat perhatian dan anggaran APBD,” kritik Bukasan.
“Pemerintah daerah biasanya berbicara soal keterbatasan anggaran. Namun bukan berarti menghilangkan inovasi, kreativitas dan kreasi untuk menggritmen Nata, bahwa tempat religinya juga bisa benar – benar menjadi aikon Kabupaten Lumajang,” ia memungkasi.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang, Yuli Harisma Wati mengatakan, Pura Mandhara Giri Semeru Agung yang terletak di lereng Gunung Semeru adalah tempat ibadah.
Dengan demikian, maka seluruh aktivitas, kebersihan, termasuk fasilitas dan kenyamanan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung menjadi tanggung jawab pengelola.
“Anggarannya tidak ada. Tapi, kalau pertanyaannya, kenapa Pura tidak dibersihkan, ya kita tidak bisa. Kalau pura tanggungannya pengelola pura, kalau menganggarkan disitu tidak bisa,” beber dia. (*)
Editor: Mohammad S
Publisher: Moch. Rohim