Probolinggo,- Ribuan kader Ansor Jawa Timur memadati Pesantren Zainil Hasan Genggong, Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, Senin (12/8/2024). Mereka datang untuk menghadiri Konferensi Wilayah (Konferwil) XV PW GP Ansor.
Sebanyak 675 Pengurus Anak Cabang (PAC) dan 42 Pengurus Cabang (PC) GP Ansor se-Jatim memadati acara tersebut.
Ketua PW GP Ansor Jatim, Syafiq Syauqi mengatakan, di ujung masa jabatannya ini, ia mengucapkan banyak terima kasih ke PC dan PAC GP Ansor se-Jawa Timur.
Sebab menurutnya, mereka lah yang mempunyai jasa besar untuk mengharumkan nama GP Ansor, tak terkecuali di Jawa Timur.
“Tanpa kalian, kami bukanlah apa-apa. Kami menyadari berkat perjuangan sahabat-sahabat PAC, anggota Ansor setiap harinya semakin bertambah,” katanya saat memberikan sambutan.P
engurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur sekaligus tuan rumah konferwil, KH Moh. Hasan Mutawakkil Alallah mengatakan, sengaja memampatkan acara Konferwil di area pondok pusat Zainul Hasan Genggong.
Sebab, di lokasi ini terdapat Masjid Barokah yang terdapat di areanya ada maqbarah para pendiri pesantren.
Tujuannya adalah, agar acara ini memberikan barokah bagi Ansor, bangsa, dan negara.
“Biasanya kalau ada acara lebih dari 1.500 orang yang hadir, itu saya tempatkan di depan madrasah. Tapi, khusus kali ini saya tempatkan di pondok pusat,” ucap Kiai Mutawakkil.
Kiai Mutawakkil berpesan, agar para kader Ansor senantiasa patuh dan takdim kepada masyayikh. Sebab, mengabdi di Ansor tujuan utamanya adalah urusan tauhidiyah.
“Selain itu, kaderisasi juga harus berjalan dengan baik dan tidak berhenti,” pesan kiai kharismatik ini.
Ia juga berpesan agar para kader Ansor tidak melupakan sejarah. Ia menyebut, pada 1921 sudah muncul ide untuk membentuk organisasi kepemudaan, hal itu terbukti dengan bermunculannya organisasi kepemudaan yang bersifat kedaerahan.
Semangat itu juga tetap dipegang teguh oleh para pemuda NU setelah berdirinya NU pada 1926. Namun, keinginan ini baru terwujud di 1934 pada Muktamar ke 9 NU Banyuwangi dengan dibentuknya Gerakan Pemuda (GP) Ansor sebagai badan otonom NU.
Dari sejarah tersebut, ia menekankan bahwasanya adanya Ansor tidak boleh dipisahkan dari NU sebagai induk besar organisasi. Dan berkhidmad di Ansor tujuannya adalah untuk mendekatkan diri kepada para ulama.
“Oleh karena itu, Ansor tidak boleh bercerai berai, harus bersatu. Karena jika ingin tahu masa depan NU, dapat ditentukan oleh Ansor hari ini,” tutur Kiai Mutawakkil. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Nuri Maulida