Menu

Mode Gelap
Songsong Porprov 2025, KONI Kota Probolinggo Siapkan 34 Cabor Maling Kambing di Lumajang Tertangkap, Motornya Dibakar Pikap Tabrak Dump Truk di Jalur Pantura Banjarsari Probolinggo, 3 Orang Luka-luka Pasca Libur Panjang, 574 Ribu Ton Sampah Menggunung di TPA Bestari Kota Probolinggo Pemkab Jember Luncurkan UHC Prioritas, Seluruh Warga Kini Bisa Berobat Gratis Kiai Hasan Genggong, Ulama Sejuta Karomah dengan Jejak Spiritual Mendalam

Ekonomi · 10 Sep 2024 13:38 WIB

Terdampak PMK, Produksi Susu Sapi di Lumajang Menurun


					Peternak di Lumajang saat memerah susu sapi  di pagi hari. Perbesar

Peternak di Lumajang saat memerah susu sapi di pagi hari.

Lumajang, – Akibat ternaknya terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) beberapa tahun yang lalu, nasib peternak sapi perah di Desa Kandangtepus, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang jeblok. Jumlah sapi berkurang, demikian juga produksi susu sapinya juga menurun.

Sebelum adanya PMK, produksi susu di sekitar wisata Puncak B29 itu pernah mengalami masa puncak. Di mana, pada saat itu, setiap peternak sapi perah, dalam satu tahunnya bisa membeli mobil.

“Kalau sekarang mau beli roda empat gimana, sapi perahnya tinggal sedikit. Banyak yang dijual dengan harga 3-5 juta per ekor. Sekarang masih merintis lagi dari nol,” kata Waisnu, peternak sapi di Desa Kandangtepus, Selasa (10/9/24).

Dalam setahunnya, kata dia, kalau dulu bisa beli roda empat (mobil). Sekarang, untuk beli sepeda motor saja masih kurang.

“Ya itu karena akibat PMK itu, ada banyak sapi yang mati, ada juga sapi yang dijual dengan harga sangat murah dengan jumlah banyak. Kalau harga normalnya bisa Rp25 juta per ekor,” kata Waisnu.

Senada dengan Waisnu, Santo peternak sapi perah di Desa/Kecamatan Senduro mengatakan hal yang sama. Kini satu kandangnya hanya terisi  dua ekor sapi.

“Awalnya, saya memiliki sapi 18 ekor, sekali meras sampai 52 hingga 73 liter per harinya. Kalau sekarang, harus memulai dari nol lagi,” katanya.

Untuk diketahui harga susu sapi per hari ini mencapai Rp 3.500 per liternya. Meski begitu, harga tersebut masih bisa naik dan turun.

“Untuk harganya masih Rp3.500, dan harga itu masih bisa naik kapan saja,” pungkasnya. (*)

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 94 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Inflasi Jember Meroket, Faktor Tarif Listrik dan Kenaikan Bahan Pokok?

9 April 2025 - 18:07 WIB

Dukung Swasembada Pangan, Bupati Probolinggo Gus Haris Pimpin Panen Raya Padi

7 April 2025 - 18:55 WIB

Pengunjung Pantai Mbah Drajid Membeludak, Omset UMKM Meningkat

7 April 2025 - 18:23 WIB

Lahan Pertanian Padi Meningkat, Kota Probolinggo Hasilkan 8,9 Ton Per Hektar

7 April 2025 - 18:04 WIB

Kebutuhan Melonjak Menjelang Lebaran, Stok LPG di Jember Dipastikan Aman

30 Maret 2025 - 05:45 WIB

Jelang Lebaran Stok BBM dan LPG di Lumajang Dipertanyakan

26 Maret 2025 - 11:20 WIB

Berdayakan Pedagang Sayur Lokal, Pemkab Jember Luncurkan ‘Mlijo Cinta’

24 Maret 2025 - 21:37 WIB

Menjelang Idul Fitri, Harga Bahan Pokok di Lumajang Naik

23 Maret 2025 - 16:25 WIB

Tersaingi Pasar Online, Pedagang Pakaian di Plaza Lumajang Sepi Pembeli

18 Maret 2025 - 15:50 WIB

Trending di Ekonomi