Lumajang, – Akibat ternaknya terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) beberapa tahun yang lalu, nasib peternak sapi perah di Desa Kandangtepus, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang jeblok. Jumlah sapi berkurang, demikian juga produksi susu sapinya juga menurun.
Sebelum adanya PMK, produksi susu di sekitar wisata Puncak B29 itu pernah mengalami masa puncak. Di mana, pada saat itu, setiap peternak sapi perah, dalam satu tahunnya bisa membeli mobil.
“Kalau sekarang mau beli roda empat gimana, sapi perahnya tinggal sedikit. Banyak yang dijual dengan harga 3-5 juta per ekor. Sekarang masih merintis lagi dari nol,” kata Waisnu, peternak sapi di Desa Kandangtepus, Selasa (10/9/24).
Dalam setahunnya, kata dia, kalau dulu bisa beli roda empat (mobil). Sekarang, untuk beli sepeda motor saja masih kurang.
“Ya itu karena akibat PMK itu, ada banyak sapi yang mati, ada juga sapi yang dijual dengan harga sangat murah dengan jumlah banyak. Kalau harga normalnya bisa Rp25 juta per ekor,” kata Waisnu.
Senada dengan Waisnu, Santo peternak sapi perah di Desa/Kecamatan Senduro mengatakan hal yang sama. Kini satu kandangnya hanya terisi dua ekor sapi.
“Awalnya, saya memiliki sapi 18 ekor, sekali meras sampai 52 hingga 73 liter per harinya. Kalau sekarang, harus memulai dari nol lagi,” katanya.
Untuk diketahui harga susu sapi per hari ini mencapai Rp 3.500 per liternya. Meski begitu, harga tersebut masih bisa naik dan turun.
“Untuk harganya masih Rp3.500, dan harga itu masih bisa naik kapan saja,” pungkasnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra