Lumajang, – Kopi merupakan salah satu minuman yang pas saat santai, menjamu tamu dan kumpul bersama teman-teman maupun dengan keluarga.
Untuk mendapatkan cita rasa kopi yang baik, sangat dipengaruhi dari biji kopi yang dipetik dan proses pengolahannya.
Untuk mendapatkan cita rasa kopi yang istimewa, para petani di Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang memetik biji kopi robusta yang sudah berwarna merah.
Satrawi, petani Kopi di Desa Senduro mengungkapkan, kebanyakan petani di desanya hanya memetik biji kopi yang sudah berwarna merah.
“Kalau yang hijau, meskipun tua tetap ditunggu sampai berwarna merah. Karena, kalau yang masih hijau, rasanya berbeda,” katanya, Minggu (15/9/2024).
“Kalau kopi yang sudah merah disajikan, aromanya menyengat dan sangat menggugah selera. Beda kalau yang masih hijau, baunya begitu hambar dan rasanya tidak senikmat kopi yang berwarna merah,” jelasnya.
Di samping itu, petani di Senduro memroses biji hingga menjadi bubuk kopi masih dengan menggunakan cara tradisional. Sehingga dihasilkan kopi dengan cita rasa yang khas.
“Kalau cara mengolahnya secara tradisional, pasti akan menghasilkan kualitas kopi yang berbeda. Tentu berbeda dengan hasil produksi pabrikan yang menggunakan berbagai macam teknologi, dengan kopi yang dibuat secara tradisional oleh para petani kopi, mulai dari tanam yang organik sampai cara goreng kopinya masih tradisional,” katanya.
Sementara itu harga kopi Robusta dan Arabika di tingkat petani mencapai Rp80.000 per kilogram (kg). Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, Rp50.000 per kg.
“Baru kali ini harga biji kopi Robusta dan Arabika sampai semahal ini. Biasanya saya jual tidak pernah semahal itu. Tapi mungkin mahal karena masih belum masuk musim panen raya,” pungkasnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra