Probolinggo,- Badan Koordinasi Paham Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakorpakem) Kabupaten Probolinggo menggelar rapat koordinasi, Rabu (2/10/2024).
Hal ini tidak terlepas dari munculnya dugaan adanya dua aliran menyimpang di Kabupaten Probolinggo.
Dalam pertemuan yang digelar di aula Kejaksaan Negeri (Kejari) Kabupaten Probolinggo tersebut, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Probolinggo, KH Abdul Wasik Hannan mengatakan, ada dua hal yang menjadi pembahasan.
Pertama, munculnya patung Bintaos berbentuk Tari Gandrung di Desa Ranugedang, Kecamatan Tiris. Kedua, petilasan palsu yang dikeramatkan di Desa Gerongan, Kecamatan Maron.
“Yang Bintaos itu dibuat oleh Nur Slamet dari Ganting Wetan, Maron. Sedangkan yang petilasan itu dibuat oleh orang Desa Segaran, Kecamatan Tiris,” kata Wasik, Rabu (2/10/2024).
Ia menjelaskan, ini bukanlah kali pertama Nur Slamet membuat patung Bintaos. Beberapa tahun sebelumnya, Slamet pernah membangun patung bintaos dengan ukuran raksasa di Desa Ganting Wetan, Kecamatan Maron.
Namun, patung itu dirobohkan karena menuai kontroversi di tengah masyarakat. Sedangkan petilasan yang ada di Desa Gerongan, Kecamatan Maron, merupakan petilasan palsu Maulana Ishaq yang membuat masyarakat sekitar resah.
Petilasan tersebut sebelumnya sudah pernah dibongkar pada 2023 lalu, namun belakangan ini lokasi petilasan tersebut kembali sering dikunjungi orang, terlebih setelah dibangun musalla di lokasi petilasan tersebut.
“Berdasarkan kajian kami, petilasan tersebut adalah palsu. Dan kegiatan yang ada di lokasi tersebut juga menyimpang,” paparnya.
Lebih lanjut kiai Wasik menjelaskan, kegiatan menyimpang yang ada di lokasi tersebut sangat jelas terjadi saban malam Kamis tiba. Sejumlah masyarakat secara rutin menggelar istighosah di musalla petilasan tersebut.
“Ini sudah menyimpang, bacaan istighosah yang dilakukan itu sudah tidak sesuai, tidak benar, makanya kami pastikan itu adalah menyimpang,” tandas dia.
Sementara itu, Kepala Kejari Kabupaten Probolinggo yang sekaligus Ketua Bakorpakem Ahmad Nuril Alam melalui Kasi Intel mengatakan, pihaknya akan terus melakukan kajian secara komprehensif terhadap dua lokasi yang memunculkan kontroversi di masyarakat ini.
Pihaknya akan kembali berkumpul dengan para stakeholder guna menentukan kebijakan lebih lanjut.
“Kami kaji secara komprehensif dulu. Contoh yang patung bintaos itu, apa itu dimaksudkan untuk karya seni atau bagaimana, jadi kami kaji dulu,” ujarnya. (*)
Editor: Mohammad S
Publisher: Keyra