Probolinggo,- Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di wilayah Jawa Timur mulai naik dengan total sapi yang terjangkit mencapai 12 ribu ekor.
Imbas naiknya PMK ini, harga sapi kembali turun, yang diikuti dengan sepinya daya beli. Tak terkecuali di Pasar Hewan Wonoasih, Kota Probolinggo.
Di Pasar Hewan Wonoasih, harga sapi anjlok sejak 3 hingga 4 bulan yang lalu. Salah satu penyebabnya yakni meningkatnya jumlah sapi yang terpapar virus PMK.
Rata-rata, harga sapi turun kisaran Rp 2 juta per ekor atau turun hingga 30 persen dari harga sebelumnya. Praktis turunnya harga sapi membuat para pedagang sapi rugi.
“Jadi sapi yang awalnya seharga Rp 10 juta, saat ini jadi Rp 7 juta rupiah. Kondisi ini juga dibarengi dengan pembeli yang sepi, baik pembeli dari Probolinggo atau pembeli dari luar daerah,” ujar penjual sapi di Pasar Hewan Wonoasih, Syarif, Sabtu (18/1/25).
Banyak pedagang yang membawa pulang sapinya karena tidak ada pembeli. Jika pun terjual, harganya sudah tidak seperti saat harga sapi normal.
Selain pembeli, pedagang sapi juga agak berkurang. “Karena pedagang takut tertular PMK jika tetap membawa sapinya ke pasar hewan,” cetus Syarif.
Hal senada disampaikan pedagang sapi lain, Tohari. Ia menyebut, kondisi ini terjadi sejak 4 bulan yang lalu, yang berdampak pada anjloknya harga sapi hingga 30 persen.
“Aduh parah mas, harga sapi saat ini turun. Bahkan, pedagang dan pembeli yang biasanya saat pasaran selalu ramai, sekarang berkurang,” terangnya.
Meski di Kota Probolinggo tidak ada kasus PMK menonjol, namun pengelola Pasar Hewan tetap melakukan penyemprotan ke kendaraan yang hendak masuk ke pasar.
Langkah ini dilakukan untuk menekan penyebaran virus PMK. Selain itu, pasar hewan tetap dibuka normal seperti biasanya. (*)
Editor: Mohammad S
Publisher: Keyra