Probolinggo,- Keberadaan Candi Jabung yang terletak di Desa Jabung Candi, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, tak dapat dipisahkan dari sejarah Kerajaan Majapahit.
Dibangun sekitar tahun 1.276 saka atau 1.354 masehi, bangunan yang terbuat dari mayoritas bata merah itu, hingga saat ini masih kokoh berdiri.
Konon, candi ini dibangun pada masa kepemimpinan Pabu Hayam Wuruk. Tinggi Candi Jabung 16,2 meter, panjang 13,13 meter dan lebar 9,58 meter.
“Candi ini merupakan bangunan suci dari kerajaan majapahit,” kata Koordinator Pelestarian Cagar Budaya Candi Jabung Abdurrahman, Kamis (30/1/25).
Tidak jauh dari Candi Jabung, sekitar 150 meter arah barat daya terdapat bangunan candi lainnya.
Masyarakat menyebutnya dengan sebutan Candi Sudut. Candi ini memiliki tinggi 6 meter, panjang dan lebarnya sama-sama 2,5 meter.
Rupanya, candi ini merupakan bangunan yang tak terpisahkan dari Candi Jabung. Kondisinya juga masih indah, kokoh, dan terawat dengan baik.
“Ada candi sudut juga, masyarakat menyebutnya begitu. Jadi yang candi Jabung itu candi induknya,” imbuh Abdurrahman.
Pada bangunan candi sudut ini terdapat relief kala pada empat sudutnya. Relief ini berada tepat di atas tatanan batu bata yang menyerupai pintu.
Menurut, Abdurrahman, relief kala ini melambangkan pelindung dari hal-hal jahat. Selain relief kala, juga ada relief bunga padma yang melambangkan kemakmuran.
Namun relief bunga ini hanya ada di dua titik, yakni sisi barat dan selatan. “Makna relief pada candi sudut ini cukup dalam,” ujarnya.
Ia menjelaskan, dari berbagai penelitian, candi sudut merupakan pagar pembatas yang mengelilingi Candi Jabung sebagai candi induk.
Hal ini terbukti pada saat dilakukan penggalian di masing-masing sudut candi jabung. Dengan hanya menggali 1-2 meter, sudah bisa ditemukan pondasi bekas candi.
“Bata-batanya itu besar, tidak seperti ukuran batu bata pada umumnya saat ini,” Abdurrahman menegaskan.
Di sisi lain, ada juga yang percaya bahwa di lokasi candi sudut masih banyak tersisa peninggalan pusaka. Tak jarang saat hari-hari tertentu ada warga yang datang mencari pusaka.
“Ada tidaknya saya tidak tahu secara langsung. Tapi ada beberapa orang yang katanya pernah menemukan pusaka, tapi dikembalikan. Soalnya, didatangi seseorang dalam mimpi dan diminta mengembalikan pusaka tersebut,” bebernya.
Sampai saat ini, masih banyak masyarakat yang mengunjungi bangunan peninggalan kerajaan Majapahit tersebut.
Setiap hari, selalu ada wisatawan yang ingin melihat langsung bangunan yang kokoh berdiri tanpa semen tersebut.
Bahkan, jika tiba akhir pekan, tak hanya wisatawan lokal yang datang, wisatawan dadi luar daerah turut takjub mengunjungi bangunan kuno ini.
“Rata-rata yang datang pelajar, mahasiswa, dan pemerhati budaya. Mereka datang untuk melihat langsung candi sekaligus belajar sejarahnya,” Abdurrahman memungkasi. (*)
Editor: Mohammad S
Publisher: Keyra