Pasuruan, – Setelah lebih dari satu bulan mengungsi akibat pergerakan tanah, warga Dusun Sempu, Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, mulai kembali ke rumah masing-masing.
Sudah dua hari terakhir, mereka tidak lagi tinggal di pengungsian karena merasa tidak ada kepastian dari pemerintah mengenai sampai kapan harus bertahan di tempat pengungsian.
Ketua RT setempat, Darmanto, mengatakan, bahwa ketidakjelasan keputusan dari pemerintah membuat warga bingung. Akibatnya, mereka memilih kembali ke rumah meski tetap waspada terhadap potensi pergerakan tanah.
“Warga ingin pulang karena tidak ada keputusan yang jelas. Jadi warga bingung. Kalau hujan lebat, baru mereka kembali ke pengungsian,” ujar Darmanto saat ditemui di rumahnya, Minggu (9/3/2025).
Darmanto sendiri mengungsi selama 25 hari sejak kejadian. Siang hari ia tetap berada di rumah, namun saat malam memilih tidur di pengungsian. Namun dalam dua hari terakhir, ia dan warga lainnya sudah tidak tidur di tempat pengungsian.
“Saya tidur di pengungsian terus, subuh baru pulang. Semua warga begitu karena pagi mereka harus bekerja. Tapi dua hari ini, tidak ada lagi yang tidur di pengungsian,” ungkapnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pasuruan, Sugeng Hariyadi, mengungkapkan, pihaknya yang sebelumnya masih menunggu keputusan dari Badan Geologi Kementerian ESDM terkait kelayakan hunian di kawasan terdampak.
Namun, setelah koordinasi lebih lanjut, keputusan Badan Geologi Kementerian ESDM sejalan dengan BPBD Provinsi Jawa Timur dalam merekomendasikan relokasi sebagai solusi terbaik bagi warga terdampak tanah bergerak di Dusun Sempu, Desa Cowek.
“Saya barusan ini komunikasi dengan BPBD Provinsi Jawa Timur. Dari Kementerian ESDM menyatakan bahwa rekomendasinya sama dengan BPBD provinsi yakni, relokasi,” kata Sugeng, Senin (10/3/2025).
Meski demikian, ia mengakui, bahwa proses relokasi tidak bisa dilakukan secara instan karena ada banyak hal yang perlu dipersiapkan, mulai dari penyediaan lahan hingga anggaran pembangunan tempat tinggal bagi warga terdampak.
“Untuk relokasi, tidak semudah itu. Banyak yang harus dipersiapkan,” ujarnya.
Sugeng menegaskan, bahwa demi keselamatan, warga sebaiknya tetap berada di pengungsian, meskipun diperbolehkan sesekali kembali ke rumah untuk mengecek barang atau hewan ternak.
“Saran kami, sebaiknya tetap di pengungsian. Kalau hanya melihat peliharaan atau barang-barangnya, tidak masalah, yang penting tetap waspada,” kata Sugeng.
Ia juga memastikan, bahwa Pemerintah Kabupaten Pasuruan masih bertanggung jawab atas kebutuhan pengungsi, termasuk logistik dan pengawasan.
“Pemerintah Kabupaten Pasuruan sudah menyiapkan semuanya, termasuk kebutuhan makan, dan sampai sekarang masih ada petugas yang berjaga di pengungsian,” pungkasnya.
Diketahui, bencana tanah bergerak di Dusun Sempu, Desa Cowek, terjadi sejak 28 Januari 2025, setelah hujan deras mengguyur kawasan tersebut selama beberapa hari. Akibat pergerakan tanah yang semakin membahayakan, warga terpaksa mengungsi ke SDN 2 Cowek.
Total 58 rumah terdampak dalam bencana ini. Dari jumlah tersebut, 17 rumah mengalami kerusakan berat, sementara sisanya mengalami kerusakan sedang dan ringan. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra