Lumajang, – Rabu 19 Maret 2025, tepatnya pada pukul 02.30 pagi, terdengar suara dentuman musik dari bambu dan suara jeriken terdengar berirama rancak.
Berpadu dengan dentuman suara jeriken bekas berukuran 30 liter, musik yang dihasilkan pun memecah keheningan desa yang mayoritas penduduknya masih terlelap.
Meski udara terasa sangat dingin, para pemuda yang menabuh musik patrol itu tampak semangat. Suasana di Desa Tukum, Kecamatan Tekung, Kabupaten Lumajang justru semakin hidup.
Itulah patrol sahur, tradisi turun-temurun yang tidak hanya membangunkan warga untuk sahur tetapi juga mempererat kebersamaan dan mengasah kreativitas generasi muda.
Tradisi ini, yang dulunya hanya sebatas membangunkan warga, kini berkembang menjadi pertunjukan musik unik yang menarik perhatian banyak orang.
Ketua RT 17 Desa Tukum, Riko Adi Saputro, mengungkapkan, patrol sahur kini bukan sekadar rutinitas, melainkan telah berevolusi menjadi ajang kreativitas dan inovasi bagi anak muda.
“Dulu, patrol sahur hanya memukul kentongan atau kaleng seadanya. Sekarang, ada pola ritmis yang dibuat, bahkan beberapa lagu religi kami aransemen ulang dengan alat musik sederhana,” kata Riko.
Perubahan ini tak lepas dari inisiatif Muhammad Luqman (27), pemuda kreatif yang memiliki ketertarikan pada seni musik.
Bersama rekan-rekannya, ia mencoba mengombinasikan berbagai benda bekas untuk menghasilkan suara unik yang tetap selaras dengan irama tradisional patrol.
Hasilnya, warga tak hanya terbangun untuk sahur, tetapi juga terhibur dengan pertunjukan musikal yang mereka suguhkan.
“Kalau cuma membangunkan, orang mungkin masih malas untuk bangun sahur. Tapi kalau dikemas dengan nada yang menarik, orang-orang jadi lebih semangat. Bahkan anak-anak kecil juga ikut bangun karena penasaran dengan suara yang kami hasilkan,” katanya.
Tidak hanya itu, patrol sahur di Desa Tukum juga menyimpan nilai-nilai sosial yang kuat. Kegiatan ini menjadi wadah bagi pemuda untuk mengekspresikan diri secara positif sekaligus mempererat kebersamaan.
“Tni lebih dari sekadar patrol sahur, ini tentang kebersamaan, tentang bagaimana kami bisa membuat Ramadan lebih hidup dan penuh warna,” ujarnya.
Kepala Desa Tukum, Susanto yang akrab disapa Cak Santo, sangat mengapresiasi inovasi yang dilakukan oleh para pemuda desanya. Menurutnya, kreativitas mereka telah menghidupkan kembali tradisi lama dengan cara yang lebih modern dan menarik.
“Mereka bukan hanya membangunkan sahur, tetapi juga membangun semangat kebersamaan dan gotong royong di tengah masyarakat. Ini yang membuat saya bangga,” tuturnya.
Cak Santo menambahkan, bahwa inisiatif seperti ini perlu terus didukung agar tradisi lokal tetap lestari di tengah modernisasi yang semakin pesat.
Kreativitas pemuda dalam patrol sahur ini juga menjadi contoh konkret bagaimana isu lingkungan bisa dikampanyekan dengan cara yang menyenangkan.
Dengan menggunakan barang-barang bekas sebagai alat musik, mereka secara tidak langsung mengajarkan pentingnya daur ulang dan pemanfaatan kembali barang yang sudah tidak terpakai.
Keunikan patrol sahur di Desa Tukum ini bahkan menarik perhatian beberapa warga desa lain. Ada yang sengaja datang hanya untuk menyaksikan pertunjukan mereka secara langsung. Bahkan, beberapa pemuda dari desa tetangga pun tertarik untuk belajar bagaimana cara mengemas patrol sahur agar lebih menarik.
Salah satu warga, Suhartini (47) mengaku, senang dengan adanya patrol sahur versi kreatif ini.
“Dulu saya sering terganggu kalau ada patrol karena suaranya asal-asalan. Sekarang malah jadi hiburan sendiri. Rasanya Ramadan lebih meriah,” katanya.
Selain menghidupkan suasana Ramadan, tradisi ini juga memberi dampak positif bagi anak-anak muda Desa Tukum. Daripada begadang tanpa tujuan atau bermain gawai, mereka lebih memilih bergabung dalam kelompok patrol untuk ikut berkreasi dan berkontribusi bagi desa.
“Daripada cuma main HP, lebih baik ikut patrol. Bisa seru-seruan bareng teman-teman, sekaligus ikut melestarikan budaya. Lebih dari sekadar membangunkan sahur, patrol sahur di Desa Tukum telah menjadi ikon kebersamaan yang memperkuat hubungan sosial antar warga,” pungkasnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra