Lumajang, – Tawur Agung Kesanga menyimpan sejarah dan nilai tradisi kental yang berkaitan dengan pelaksanaan Hari Raya Nyepi.
Tawur Agung Kesanga sendiri memiliki makna yang mendalam bagi para umat Hindu. Pasalnya upacara yang dilaksanakan pada tengah hari itu bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan alam dan lingkungan.
Kegiatan ini, dilakukan sehari sebelum Nyepi. Umat Hindu melaksanakan upacara Tawur Agung, tepatnya pada Tilem sasi (bulan) Kesanga (kesembilan).
Setelah ditelusuri lebih dalam, Tawur sendiri memiliki makna untuk membayar atau mengembalikan yaitu, mengembalikan sari-sari alam yang telah digunakan manusia.
Sari-sari alam itu dikembalikan melalui upacara Tawur yang dipersembahkan kepada para Butha, dengan tujuan agar para Bhuta tidak mengganggu manusia sehingga bisa hidup secara harmonis.
Sedangkan, filosofi Tawur adalah agar manusia selalu ingat akan posisi dan jati dirinya, agar selalu menjaga keseimbangan dengan Tuhan, sesama manusia dan alam lingkungan.
Hal itu disampaikan oleh Pengurus Harian Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Wira Dharma, di Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jumat (28/3/25).
“Acara ini sebagai rangkaian Nyepi, jadi namanya Tawur. Umat Hindu melakukan upacara Tawur Kesanga bertujuan untuk keseimbangan alam semesta, kedamaian, ketentraman di alam beserta isinya,” kata Wira Dharma, Jumat (28/3/25).
Usai upacara Tawur Agung Kesanga ini, ia berharap pelepasan bhuta kala yang menjadi simbol kejahatan dapat melepas unsur jahat di Kabupaten Lumajang, agar yang tersisa hanya kebaikan.
“Jadi nanti setelah acara ini ada pengarakan ogoh-ogoh lambang bhuta kala. Tujuannya agar para bhuta kala yang sering mengganggu umat manusia musnah sehingga tercipta kondisi aman, tentram, sejahtera. Pelepasan ogoh-ogohnya nanti malam tepatnya pada pukul 19.30 WIB,” pungkasnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra