Jember,- Kabupaten Jember mengalami inflasi yang cukup tajam pada bulan Maret 2025, dengan angka mencapai 1,63 persen.
Lonjakan angka inflasi ini merupakan perubahan signifikan setelah dua bulan sebelumnya, Januari dan Februari, terjadi deflasi.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, Tri Erwandi menjelaskan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan inflasi. Diantaranya tarif listrik dan naiknya harga bahan pokok.
“Inflasi di bulan Maret sebagian besar disebabkan oleh berakhirnya diskon tarif listrik 50 persen untuk pelanggan dengan konsumsi di bawah 2.000 KVA,” ujar Tri, Rabu, (9/4/25).
Menurut Tri, kembalinya tarif listrik ke normal menyebabkan harga-harga naik. Padahal sebenarnya tidak ada kenaikan baru, melainkan hanya kembali ke tarif sebelumnya.
Komoditas seperti bawang merah dan cabe rawit mengalami kenaikan harga di atas 5 persen. Tri menyebut, permintaan yang tinggi menjelang dan setelah Ramadan berkontribusi terhadap lonjakan harga ini.
“Bawang merah dan cabe rawit merupakan bahan pokok yang tidak bisa dihindari dalam konsumsi sehari-hari, terutama saat perayaan,” tambahnya.
Kenaikan harga ini berdampak langsung pada daya beli masyarakat, terutama bagi kelas menengah ke bawah.
Menurut Tri, bahwa ketika harga-harga naik, pendapatan yang terbatas membuat masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Di sisi lain, Tri juga menyoroti pentingnya pengawalan terhadap sektor pertanian, yang merupakan tulang punggung ekonomi Jember dengan kontribusi sekitar 26 persen.
Dijelaskannya, program pemerintah yang melibatkan TNI dan kepolisian diharapkan dapat meningkatkan produksi padi dan komoditas lainnya, sehingga dapat membantu menstabilkan harga dan mendukung pertumbuhan ekonomi di masa depan.
“Meskipun inflasi di bulan Maret menunjukkan angka yang tinggi, ada harapan untuk perbaikan di masa depan melalui peningkatan produksi dan stabilisasi harga,” Tri memungkasi. (*)
Editor: Mohammad S
Publisher: Keyra